ilustrasi gambarkotak pandora-kaskus
Bagaimanapun semua fakta dalam rekonstruksi semakin menunjukkan banyak kejanggalan. Apalagi dengan sikap emosional Bharada Eliezer selama reka ulang kejadian atau rekonstruksi kasus di Duren Tiga. Banyak kejadian yang menurutnya tidak sesuai dengan keterangan dan peristiwa sebenarnya. Pernyataan para tersangka tidak sesuai dengan apa yang dilihatnya, dengan kata lain mereka berbohong!.
Bharada Eliezer sempat merasa down karena hal tersebut, sehingga diganti dengan pemeran pengganti untuk menenangkannya, karena dalam rekonstruksi ia begitu gemetar saat memegang pistol Glock.
Begitupun para tersangka lain tetap pada pendirian sesuai keterangan masing-masing. Seolah para tersangka sedang "berjudi" dengan nasib. Diam-diam menggali kuburannya sendiri, sambil berharap skenario dan motif merekalah juaranya. Apakah mereka sedang memainkan trik Pesulap Houdini, bermain-main dengan risiko dengan fatalitas kematian sebagai imbalannya?.
ilustrasi gambar-bharada RE-detkcom
ilustrasi gambar-bharada RE-portal jogja
Seperti sudah diduga oleh publik sebelumnya, bahwa ada upaya membuat skenario menjadi cara meloloskan para tersangka utama dari jerat hukuman berat, dengan tetap menjadikan Brigadir Joshua sebagai pelaku tindak pelecehan.
Padahal laporan soal tindak asusila Brigadir Joshua sudah diputuskan dihentikan oleh pihak polri bahwa tidak ditemukan tindak pidana yang dilakukan oleh Brigadir Joshua terhadap tersangka Putri Candrawathi.
Hanya saja yang menarik adalah siapa sebenarnya yang berkuasa membuat skenario tersebut seperti menjadi bagian dari "tarik ulur" kasus. Mengapa Polri tidak bisa bertindak tegas soal skenario yang sangat janggal dan tidak didukung hasil rekonstruksi yang kuat.
Demikian juga dengan berbagai keterangan dari Bripka Ricky Rizal dan Bharatu Prayogi saat rekonstruksi yang menunjukkan ketidaksesuaian dengan logika kasus. Sehingga tetap saja masih menyisakan adanya motif "baru" yang disembunyikan dari kejadian sebenarnya
Jika Pelaku Bukan Ferdy Sambo apa jadinya?
Bagaimana jika kasusnya terjadi bukan pada oknum institusi polri, apakah polri akan "memburu" bukti-bukti untuk mengungkap kebohongan pelaku?. Apakah pihak penyidik polri dengan begitu mudahnya menerima perubahan pengakuan para tersangka. Apakah penyidik polri tak merasa di permainkan dengan berubahnya keterangan para tersangka?.
Mengapa polri melalui pernyataan pihak bareskrim dengan begitu mudahnya mengatakan bahwa minimnya bukti menjadi dasar, kasus ini hanya diketahui oleh Tuhan, Putri dan Ferdy Sambo. Apakah ini dimaksudkan untuk seolah menggiring opini publik, bahwa kebenaran hanya ada ditangan tersangka Putri Candrawathi (satu-satunya saksi yang tertinggal selain Brigadir J yang telah tiada). Mungkin maksud tersiratnya adlah Tuhan akan bertindak membongkar kasus melalui tangan saksi dan bukti yang akan "berbicara" nantinya.
Dimana profesionalitas Polri dengan kecanggihan transformasi Polri Presisi-nya, apakah mentah dalam kasus persekongkolan Ferdy sambo, Putri dan Kuat?.
Mengapa dalam rekonstruksi terlihat seperti Polri yang mengikuti skenario para tersangka. Bayangkan saja, ketika Kuat mengatakan bahwa ia melihat Brigadir Joshua mengangkat Putri dengan dibantu Bharada Eliezer, dalam keterangan berbeda dari saksi lain justru Susi salah satu asisten di rumah Ferdy sambo justru melihat Kuat yang mengangkat Putri.