Mudik ternyata menjadi "lahan empuk" bagi para copet untuk beraksi. Jadi para pengguna transportasi publik harus waspada dengan segala potensi kejahatan copet yang sudah menjadi momok menakutkan di ruang publik.
Agak aneh kalau melihat fenomena copet. Kita yang tahu copetpun ketakutan atau enggan untuk memberitahu jika copet sedang beraksi atau ada copet di sekitar kita. Kecuali jika berteriak ramai-ramai.
Sebagian orang takut, karena ada istilah "copet teriak copet", sehingga korban copet bisa dituduh dan diteriaki copet oleh si pencopetnya.
Para pencopet juga cenderung nekat melakukan tindak berbahaya jika kita memergoki atau mencoba meringkusnya, karena sebagian mereka tidak bertindak sendiri.
Seorang copet yang tertangkap polisi dalam sebuah aksi kejahatan, berkelit begitu lihai. Bahkan dibutuhkan beberapa orang polisi berperawakan besar untuk meringkus seorang copet kurus kering dan kecil.
Ia mungkin memiliki "aji belut", kata orang tua jaman dulu. Sehingga begitu licin, meski dalam kondisi teringkus dan terikat, ia masih berusaha meloloskan diri dengan keluar dari jerat jurus pitingan petugas.
Copet Berdasi di Kereta Api
Saat melakukan kunjungan ke rumah saudara saat mudik, saya naik sebuah kereta api kelas ekonomi. Duduk di sebelah saya seorang anak muda, berpakaian ala kadar, dengan rambut gondrong.
Meski awalnya ia enggan bercerita, akhirnya kami mengobrol. Apalagi ketika tahu saya dari Aceh dan baru pertama kali naik kereta api.
Sebelum turun ia memberi pesan yang agak aneh, katanya jangan simpan dompet dan barang di kantong atau saku celana. Segera keluarkan dan pindahkan ke dalam tas, tapi katanya lagi, jangan terlalu terlihat ketika memindahkan barang-barang.
Ia juga meminta agar saya tak melihat ke arahnya, sehinggga ia hanya memberikan instruksi sambil sedikit menunduk dan berbisik, berpura-pura mengambil sesuatu barang di lantai. Ia bilang ada empat orang copet sedang beraksi di pintu keluar kereta api.
Saya melihat ada empat orang, ala eksekutif dari bursa efek yang penuh gaya, berdasi dengan jas, berdiri di pintu kereta api. Karena sudah saatnya turun saya permisi kepada teman baru itu, tapi ia bersikap seolah tidak kenal dan cuek.
Maka saya turun dengan posisi tas rangsel saya pindahkan ke depan, begitu mendekati pintu kereta api dan kereta mulai bersiap berangkat, keempat orang itu beraksi, seperti dugaan. Satu tangan yang tiba-tiba muncul dari balik jas yang tidak dikenakan langsung saya jepit kuat untuk menjaga hape yang saya letakkan di saku atas bagian depan. Begitu merasa ada perlawanan, ia menarik cepat tangannya, sambil marah dan langsung berlari ke pintu keluar di sebelahnya.