Lihat ke Halaman Asli

Hanif Sofyan

TERVERIFIKASI

pegiat literasi

Suluk, Tradisi Unik Ramadhan, Berdiam Di Balik Kelambu

Diperbarui: 5 April 2022   23:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tempo.co

Para perempuan itu duduk di dalam ruang khusus masjid, atau balee. Menutupi wajahnya dengan mukena-kain untuk shalat. Tangannya tak berhenti memutar buah tasbih, dengan melafalkan lamat-lamat secara ritmis bacaan zikir. Jumlahnya lebih sedikit diantara puluhan jamaah laki-laki yang juga melakukan ritual yang sama.

Tradisi itu dikenal sebagai Suluk-sebuah padanan kata lain dari I'tikaf, berdiam di masjid, surau, langgar, meunasah untuk berzikir dan bermunajat.

Fenomena Suluk, barangkali tak hanya ada di Sumatera Barat yang umum dilakukan para penganut tarekat Naqsabandyah, di Aceh dan di banyak daerah lain juga punya tradisi yang serupa. 

Berbeda dengan pemahaman "tarekat" yang merujuk pada aliran-aliran dalam dunia tasawuf atau sufisme Islam, sebutan istilah Suluk dikaitkan dengan aktifitas orang menempuh jalan-lebih dekat kepada Tuhan. 

Istilah ini dalam tata cara ibadah yang normal keseharian, juga dikenal sebagai dengan Itikaf-dalam bahasa Arab. Itikaf adalah kegiatan berdiam diri di tempat ibadah dan bisa dilakukan kapan saja.

Hanya saja, karena momentumnya dianggap sakral, sebagian orang memanfaatkan bulan Ramadhan dengan aktifitas-ritual yang lebih intens. Tradisi ini juga bersangkut paut dengan kebudayaan.

Tradisi Unik

Meskipun terkesan sangat eksklusif, Suluk menjadi aktifitas yang jamak kala Ramadhan. Biasanya dilakukan dalam kurun waktu mulai 10 hingga 40 hari.

Peserta Suluk tak dibatasi hanya jamaah laki-laki, kalangan perempuan juga memanfaatkan tradisi. Mereka ber-iktikaf atau berdiam diri, biasanya di dalam sebuah kelambu-menyerupai kamar-tapi dalam ruang di lingkungan masjid yang sama. Sebagian kini hanya menutup dengan mukena shalatnya.

Jamaah yang mengikuti suluk, umumnya berasal dari banyak tempat yang berbeda, bukan hanya penduduk asli tempatan. Sukuk juga hanya dilaksanakan di tempat tertentu, tidak di semua tempat. 

Jika di Aceh, kita bisa menjumpainya di Pesantren Seramoe Darussalam Aceh  di dayah di kaki bukit Gampong Beuradeun Aceh Besar.

Para jamaah akan menutupi kepalanya dengan mukena, selendang atau kain dan kelambu dengan ukuran tertentu untuk menjaga agar menciptakan suasana yang lebih khusyuk, dan tidak tergoda pandangannya. Mereka juga dibatasi untuk tidak keluar dari pekarangan masjid. 

Sebagian bahkan mengkondisikan diri dalam ruangan, dengan fasilitas untuk beribadah yang cukup, sehingga tidak terganggu dengan banyak godaan di luar.

Mereka juga tidak saling berinteraksi selama prosesi tersebut. Penggunaan tutup kepala, sebenarnya menandakan keinginannya untuk melakukan tawajuh atau fokus menghadap Allah yang menjadi bagian dari ibadah Suluk.

Ritual ini juga dipimpin oleh pemimpin, dengan sebutan khalifah yang duduk berhadapan dengan para jemaah yang menghadap kiblat. Tawajuh dilakukan empat kali dalam sehari, setelah salat Subuh, Zuhur, Asar dan terakhir usai salat Tarawih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline