Ketika singgah di Stasiun Central, negara jiran tetangga, kita akan mendapat semua pilihan moda transportasi yang bisa dipilih. Stasiun itu terintegrasi dengan segala jenis moda transportasi.
Salah satu yang menarik adalah Mass Rapid Transit MRT), moda populer disana. Apa yang membedakannya dengan jenis moda transportasi yang kita kenal adalah soal ketepatan waktu keberangkatan dan sampainya ke tujuan.
Pertamax Melambung
Cerita yang sama juga kita dengar dari teman-teman yang pernah memiliki pengalaman menggunakan transportasi massal, bahkan jenis bus di negara-negara yang telah secara serius menjadikan transportasi massal, tak hanya sebagai sarana transportasi pengikis jarak-tapi yang lebih penting adalah ketepatan waktu.
Mengapa? Logika pemakai kendaran pribadi adalah unsur mudah akses, cepat, tepat waktu, faktor-"murah", masih dapat dikompromikan, sejauh kebutuhan tiga hal pertama terpenuhi.
Tapi manfaat itu belum optimal bisa dipenuhi oleh pemerintah kita dalam carut marut moda tranposrtasi publik, termasuk Bus TransJakarta, moda transportasi massal terintegrasi yang pertama di adopsi sebagai solusi mengatasi kemacetan Jakarta.
Bahkan ketika kita kini telah memiliki moda transportasi monorel, belum tuntas persoalan blunder transportasi kita. Selain manajemen, persoalan kebijakan juga masih tumpang tindih, sehingga menciptakan masalah baru.
Anker-Anak Kereta, sebagai pengguna setia moda transportasi publik fanatik di seluruh Jakarta dan kota satelitnya-Jabodetabek, adalah contoh kasus nyata yang pernah mengalami dampaknya. Meskipun harga transportasi publik naik, mereka tak punya pilihan. Bagaimanapun sebenarnya moda transportasi massal milik publik, adalah alternatif terbaik bagi banyak solusi masalah besar transportasi di perkotaan.
Keberadaan moda transportasi yang bisa mewakili segala unsur kemudahan akses menjadi sebuah kebutuhan vital.
Apalagi ketika kota semakin bertumbuh dan berpacu dengan kemacetan, pertambahan bangunan dan semakin menyempitnya areal perokotaan. Solusi memperpanjang dan memperlebar jalan sebagai kebutuhan transportasi publik tidak lagi bisa dipenuhi.
Solusi alternatifnya, dengan jalan layang, sedangkan solusi lainnya, menyediakan jenis layanan transportasi publik yang user friendly.
Situasi itu akan semakin kompleks dengan persoalan baru kenaikan bahan bakar minyak-seperti halnya Pertamax. Kebijakan baru ini bagi pemerintah, akan terasa berat karena, tanggungjawab pemerintah sebagai penyedia layanan transportasi publik yang ideal.
Kali ini akan ditambah dengan masalah baru-kenaikan harga bahan bakar yang bisa memicu multiple effect inflasi terhadap ekonomi secara keseluruhan dalam situasi transisi ekonomi.
Atau sebaliknya akan terjadi fenomena baru, beralihnya masyarakat ke moda transport publik?