"Seribu hal sudah kita coba, meski nihil. Tapi setidaknya kita telah berhasil tahu ada 1.000 cara yang salah"-Thomas Alva Edison
Meskipun menyandang judul "vitamin", sama sekali tak bercerita soal sehat dan kesehatan medis, tapi malah mengulas cerita otak kiri, pangkal bersarangnya dendrit, yang menjadi kriteria kecerdasan homo sapiens.
Meminjam istilah para peneliti pengguna teori Out of Afrika (Stringer dan Brauer) dan Multiregional Evolution Model (Wolpoff, Thorne, dan Wu), serta beberapa bukti pendukung seperti genetika, linguistik, serta arkeologi-untuk menyebut jenis "manusia modern". Mungkin lebih mudah sebut saja manusia.
Vitamin itu jamaknya, Vitamin A, B, C, D, B1, B2, B12, kecuali beberapa teman ada yang punya kategori khusus vitamin M-Mukbang-makan besar, alias kenduri. Vitamin T menurut teman yang aneh itu juga bukan vitamin Tidur!, misalnya karena badan lemah, lesu, tandanya kurang vitamin T-Tidur.
Mengapa Vitamin T
Menurut Hernomo, seorang penulis-sang "dokter literasi", usulannya tentang vitamin T, sebenarnya cuma istilah. Menurutnya tak ada salahnya mencoba mengenalkan frasa baru. Ia belajar, untuk "mencoba" dari kisah Thomas Alva Edison, penemu listrik itu.
Dalam film Thomas Edison and the Electric Light, persembahan Nest entertainment and Rich Animations Studio, dikisahkan kondisi kota Menlo Park di New Jersey pada tahun 1877, ketika lampu jalanan kota masih memakai lampu minyak, dan setiap hari ada petugas yang harus menyalakannya satu persatu.
Lantas Edison berjanji di tahun baru akan menyalakan 2.000 listrik diseluruh kota. Setelah gagal percobaan ke 1000, di percobaan ke 1001, ia berhasil menemukan bohlam yang kita kenal sebagai bola lampu. "Mencoba", adalah kata ajaibnya.
Percobaannya terkait Vitamin T, menurut "dokter literasi", ada "zat" yang sangat penting untuk jiwa manusia yang berguna menumbuhkan dan mengembangkannya. "Zat" itu bahkan-apabila dapat diserap dengan tehnik mencerna (to digest) yang tepat-akan mampu mengubah diri kita ke arah menakjubkan. Bagaimana wujudnya, dan dimana "zat" itu berada, serta bagaimana mendapatkannya.
Sebagai basic skill, kegiatan membaca dan menulis sebenarnya dapat membantu kita mengatasi sebagian persoalan hidup yang berat menekan. Apalagi kalau dikaitkan dengan pendidikan.
Terserah kita dengan cara membacanya, apakah mau ber-kutu buku, atau sekedar pembaca medsos yang bergerak simultan dan tergesa.
Sepanjang ada manfaat yang tertangkap indera otak, menjadi salah satu solusi. toh sekarang penulis makin cerdas dan tahu apa maunya pembaca. Maka, sejak dari judul sudah diniatkan agar bisa menghentikan scroll tangan yang lihai dipandu mata agar berhenti sejenak.
Maka ada judul "sepuluh tips menjaga dompet", "sepuluh tips melentikkan bulu mata", maka mata akan memandu otak untuk berhenti pada judul itu. Jika dua saja dari seribu tips dibaca, setidaknya kita sudah dapat ilmu.
Apalagi kalau sudah dikait-kaitkan dengan buku, setidaknya kita bakal bertemu dengan banyak orang ternama-lewat buku.