Lihat ke Halaman Asli

Hanif Sofyan

TERVERIFIKASI

pegiat literasi

Dunia Baru Ekonomi Metaverse, Konsumerisme TI

Diperbarui: 5 Januari 2022   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DW

Ahli teknologi Melvin Kranzberg bilang, "Teknologi itu tidak baik, tidak buruk; dan tidak pula netral." Kehadiran teknologi diiringi dengan dengan kegembiraan dan ketakutan, semacam gagap teknologi , alias "gaptek", yang dengan cepat "tersembuhkan".

Bagaimanapun rasa takut terhadap perubahan teknologi tetap ada, Tom Friedman dalam buku The World is Flat-dunia yang datar, berargumen secara persuasif;  bahwa; "teknologi telah membuat arena bermain menjadi tak berbatas. Bisnis bersaing satu sama lain, tidak peduli dimanapun mereka dimana tidak ada harga yang bertahan untuk waktu yang lama, semua informasi dengan cepat tersedia,

Apalagi ketika era Web 1.0, memanjakan jutaan orang diseluruh dunia dengan sensasi belanja online. Cara revolusioner, memilih, membeli dan menerima barang hanya melalui sentuhan di layar gadget. Sehingga era itu layaknya, era para "generasi rebahan", tidak beranjak tapi eksis.

Sensani dan penetrasi internet semakin menggila,  dengan kemunculan tren yang disebut Kosumerisme TI, istilah yang pertama kali dipopulerkan oleh Dougals Neal dan John Taylor di Forum Terdepan CSC pada tahun 2001, intinya, "teknologi telah merambah ke dalam rumah".

Ditahapan berikutnya kita memasuki era Web 2.0 era dimulainya konsumen membangun jaringan, MySpace, Friendster, dan Classmates.com di era awalnya memungkinkan individu terkoneksi secara daring. 

Popularitasnya semakin meledak  dengan dukungan situs-situs ramah pengguna seperti LiveJourna, OpenDiary, WordPress, Blogger serta TypePad  yang menjadi era dimulainya popularitas blog dan kemudian YouTube menggenapinya dengan mem-visual-kannya.
Koran Economist edisi Februari 2000 menulis; "internet kelihatannya menciptakan kemungkinan adanya bazaar skala dunia permanen,

Sejak Neal Stephenson mempopulerkan istilah ini di tahun 1992 dalam novel fiksinya, Snow Crash, dunia sedang bergerak menuju Metaverse, dunia yang semu yang sesungguhnya, mencakup dunia nyata atau fisik dan virtual 3d. Meta dalam bahasa Yunani, ebrarti melampui.Bahkan fenomenanya ibarat dunia terbalik. Dunia maya menjadi sangat realistis, dan realitas dunia nyata terbalik menjadi semu.

Dunia Baru Ekonomi Metaverse

Metaverse erat kaitannya dengan kemajuan internet dan kehidupan virtual yang semakin sering kita alami. Metaverse didesain sebagai langkah revolusioner menaikkan kelas media sosial dan realitas virtual konvensional, menjadi lebih mudah dijangkau dalam sebuah ruang bersama.

Teknologi mengubah cara kita bekerja, bertransaksi dan berkomunikasi menjadi serba virtual, sehingga muncul sistem pembayaran cryptocurrency. Pembayaran digital yang tidak lagi terkoneksi dengan bank yang mensyaratkan verifikasi dalam transaksi. Sistem bekerjanya juga peer-to-peer, dan tercatat dalam Blockchain, sehingga siapa saja bisa mengirim dan menerima pembayaran, tanpa perlu kuatir dibajak hacker.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline