Baru dua pekan memasuki tahun baru 2021 saja, menurut catatan databoks.katadata.co.id, setidaknya kita telah "dikunjungi" oleh 76 kejadian bencana alam. Rinciannya meliputi; 49 banjir, 15 tanah longsor, 11 puting beliung, dam 1 gelombang pasang dan abrasi.
Faktanya 18 orang menjadi korban tumbal bencana, sedangkan 104.441 orang menderita dan mengungsi serta hilang dan luka-luka. Ini baru sedikit catatan yang terangkum selama tahun 2021, sedangkan kaleidoskop bencana tahun 2020 mencatat 2.929 bencana alam yang terjadi di Indonesia.
Meskipun jamaknya, dalam negeri lingkar bencana atau negeri cincin api (ring of fire), bencana adalah pelengkap penderita dalam realitas keseharian kita. Namun beberapa jenis bencana "diciptakan" atau dikondisikan oleh para pelaku kejahatan lingkungan, dengan berbagai jenis musabab, seperti pembalakan hutan, konversi lahan yang tidak mempertimbangkan pembangunan berkelanjutan.
Bagaimana cara kita "menyembuhkan" diri dari bencana?.Selain tindakan preventif mencegah daripada merehabilitasi paska bencana adalah melakukan mitigasi bencana. Upaya mengurangi risiko bencana, melalui pembangunan fisik maupun peningkatan kapasitas menghadapi bencana.
Pendekatan kolaborasi pentahelix dalam merekonstruksi dan merehabilitasi bencana dengan melibatkan lima elemen adalah salah satu solusinya. Gagasan ini pernah disampaikan oleh kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nasional Doni Monardo dalam forum working session, Global Platform For Disaster Risk Reduction di Genewa Switzetland pada 2019 silam.
Intinya adalah melibatkan para pihak dalam proses perencanaan, implementasi, dan pemantauan proses pembangunan kembali (rehabilitasi) dan rekonstruksi kebencanaan yang lebih baik. Tanggung jawab penanganan bencana menjadi kerja kolaboratif para pihak, termasuk pemerintah daerah, masyarakat setempat, pakar dan akademisi, media, serta sektor swasta.
Pendekatan pentahelix memprioritaskan penggunaan konteks lokal, kearifan lokal, sumber daya lokal sesuai semangat gotong royong dengan pendekatan ramah lingkungan berbasis ekosistem.
Pentahelix adalah sedikit cara bijak kita memahami bencana menjadi bagian dari realitas kita di negeri ring of fire. Meski bukan melepas tanggungjawab utama pemerintah, namun rehabilitasi dan rekonstruksi bencana harus menjadi pemahaman dan kesepahaman kita semua, sebagai bagian dari tanggap dan siaga bencana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H