Lihat ke Halaman Asli

Ponsel Pertamaku, Modalku Buat "Pedekate" Cewek

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 1995 merupakan tahun pertama kali saya memiliki telepon seluler. Motorola International 8900 adalah telepon seluler pertamaku. Bentuknya besar, sebesar genggaman tangan, sekira besarnya sama dengan penghapus papan tulis. Telepon seluler dengan model flip, berlayar monochrome dengan hanya memuat tiga baris tulisan. Saat itu belum ada kartu pra bayar, masih menggunakan kartu pasca bayar. Saat itu baru ada tiga pemain besar provider telekomunikasi seluler. Syarat memperoleh kartu pasca bayar saat itu ialah dengan menunjukkan KTP dan / atau tagihan listrik. Kebutuhan membeli telepon seluler karena rumah yang saya kontrak belum memiliki sambungan telepon PSTN / fixed telepon.

Bangga sekali saat itu jika memiliki telepon seluler, maklum saat itu masih jarang sekali orang yang memiliki telepon seluler. Masih termasuk barang mewah. Begitu menggenggam telepon seluler dengan kartu SIM di dalamnya, terbersit dalam pikiran untuk mencari korban buat pamer. Pak De saya lah yang terbersit dalam pikiran untuk saya pamer. Dengan pertimbangan bahwa Pak De saya adalah seorang Direktur di perusahaan pabrikan mobil terkenal maka tidak akan terasa "sakit hati" jika saya pamerin telepon seluler karena sesungguhnya secara finansial Pak De saya pun pasti  mampu untuk membeli juga.

Korban kedua saya dalam rangka memamerkan telepon seluler yang saya memiliki adalah rekan kerja saya yang sama-sama sudah memiliki telepon seluler.

Jarang sekali saya menaruh telepon seluler yang saya miliki ke dalam saku. Di samping karena bentuknya yang besar sehingga terasa kurang nyaman bila ditaruh di saku, juga buat sarana pamer. Telepon seluler selalu saya genggam sambil memperhatikan orang - orang sekitar yang melirik ke arah telepon seluler saya. Woooow keren.

Suatu ketika saya pulang kampung dengan menggunakan bis malam. Duduk di samping saya seorang cewek hitam manis. Hmmmm....boleh juga nih cewek. Berputar otak untuk mencari alasan supaya bisa berkenalan dan ngobrol tanpa takut ditolak. Karena nih cewek sepertinya seorang eksekutif muda dilihat dari dandanannya. Butuh sesuatu yang bisa bikin wooow cewek itu, buat kesan pertama yang mengesankan saya seorang eksekutif muda juga. Hehehehe, maklum anak muda. Untuk itulah saya keluarkan telepon seluler yang saya simpan di dalam tas. Tarik antena, buka flip, pijit sana-sini, tit..tat...tut..tet..teet.  Bicara ngalor-ngidul dengan teman saya di seberang telepon sambil ber-haha-hihi. Sekali-sekali saya lirik cewek di sebelah untuk melihat reaksinya. Hmmmm...sepertinya ada kesan wooooww di bahasa tubuhnya dan sorot matanya. Langsung saya akhiri pembicaraan dengan teman saya, berganti ngobrol dengan cewek itusepanjang perjalanan. Seorang cewek indo Belanda-Sunda. Sayang, cewek itu tak ditakdirkan untuk menjadi istri saya. Hehehehehe.

Dengan merebaknya kartu pra bayar maka kartu pasca bayar yang saya pakai pun saya hentikan berlangganannya. Dengan alasan saya pindah ke Australia. Hahahahaha, padahal gak ke mana-mana. Buat alasan saja biar langsung disetujui penghentiannya oleh provider. Soalnya susah menghentikan langganan pasca bayar saat itu. Provider pasti mengeluarkan segala jurus untuk mencegah pelanggan menghentikan keberlangganannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline