Lihat ke Halaman Asli

Membentuk Mental Juara

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sering kali kita melihat sahabat yang tidak mempunyai semangat untukmendapatkan sesuatu yang lebih baik atau mempunyai standar yang rendah bagi dirinya sendiri. Hal tersebut merupakan menjadi kendala kesukseksan diri pada kita terutama di masa dewasa atau dapat dikatakan tidak mempunyai mental juara. Mempunyai mental juaratanpa perlu menjadi ambisius bukanlah sesuatu yang instan. Ada proses pembiasaan yang perlu dilakukan sejakdarisaatini.

Bermental juara tidak hanya merujuk pada kita yang mampumemenangkan kompetisi atau lomba tertentu. kita bisa dikatakanbermental juara pada saat kita berhasil melakukan apa yang seharusnya dia lakukan. Seringkali makna juara yang seperti ini kurang disadari olehkita.

Cara yang dapat ditempuh untuk memiliki mental juara ini adalah dengan mengajari diri kita untuk menghargai sekecil apapun prestasi yang kita miliki. Motivasi dan cita-cita dapat membantu kita untuk berhasil dalam setiap langkah atau apapun yang kita lakukan.Bermental juara juga dapat berarti kita yang tangguh menghadapi segala tantangan. kita perlu ditempa untuk siap menghadapi tantangan dan menjadi kita yang mandiri. kita perlu belajar bagaimana cara memecahkan masalh dengan tepat dan bijaksana.

Bermental juara dapat berarti juga kita yang mampu menghadapi kekalahan. Dalam hidup, seseorang tidak selalu menghadapi keberhasilan tetapi juga dalam saat-saat tertentu menghadapi kegagalan atau ketidakmulusan. Di sini kita perlu belajar bahwa diperlukan usaha untuk mengatasi ketidakberhasilan.
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pembentukan mental juara antara lain:
-menjadi mandiri, tidak tergantung pada orang lain.

-menjadi percaya diri dalam melakukan segala sesuatu.

-kita tidak cepat putus asa dan mau mencoba lagi apabila mengalami
kegagalan.
-menjadi pribadi yang terbiasa memecahkan masalah.

Aspirasi vs Ambisi

Konsep membentuk mental juara bukanlah dengan menuntut kita untuk selalu menjadi juara. harus hati-hati agar memotivasi kita tidakdilakukan dengan cara memaksa. Seringkali kita merasa bangga saat diri kita memenangkan sesuatu, sehingga yang dikejar adalah hasil, bukan proses. Hal tersebut yang bisa menciptakan kita ambisius, di mana kita hanya akan berorientasi pada pencapaian hasil. Apabila kita memahami pentingnya proses maka akan tercipta aspirasi di dalam diri kita. kita yang memiliki aspirasi akan terinspirasi dan termotivasi untuk senantiasa melakukan yang lebih baik lagi.

Pada diri kita yang ambisius, kita akan sangat keras berusaha mencapai sesuatu akan tetapi di lain pihak kita akan cepat puas dan bangga pada yang diperolehnya dan berhenti hanya sampai di situ. Berbeda dengan aspirasi yang bersifat jangka panjang dibanding ambisi. Hal terpenting bukanlah menjadi juaranya, tetapi bagaimana usaha kita untuk mencapainya. kita tidak harus selalu menjadi juara, tetapi menjadi lebih baik dari yang dia lakukan selama ini. Sehingga kita lebih percaya diri dan siap menghadapi tantangan.

Mental juara dapat dibentuk dan dilatih sejak saat ini, terutama begitu kita mulai berinteraksi dengan dunia sekitarnya.dalam hal ini lingkungan sosial amat berpengaruh. Berikut ini tahap perkembangan  dalam melatih mental juara:

- Awal kehidupan kita ditandai dengan adanya trust (percaya) dan mistrust (ketidakpercayaan).
Trust atau rasa percaya menunjukkan adanya perasaan kenyamanan fisik dan sedikit rasa takut. Trust pada diri kita membentuk harapan dalam kehidupan bahwa dunia ini merupakan tempat yang nyaman. Jika kita tidak merasa nyaman dengan lingkungannya maka yang berkembang adalah rasa mistrust. Dalam membentuk mental juara dan memotivasi kita harus mementingkan kenyamanan dan kebahagiaan jangan sampai kita merasa terpaksa dan tidak enjoy terhadap apa yang dilakukannya.

1.  Pada tahap awal  ditandai dengan autonomy (otonomi atau kebebasan pribadi), shame (rasa malu) dan doubt (ragu-ragu).

Pada masa ini kita mulai menemukan dan mengembangkan tingkah laku. Jika kita diberi kesempatan untuk mencoba maka akan muncul otonomi. Tetapi jika kita banyak diarahkan dan dilarang maka kita akan menjadi kita yang pemalu atau ragu-ragu. Pada usia ini cukup ideal untuk melepas kita memecahkan masalahnya sendiri, yangmerupakan salah satu cara membentuk mental juara.

2. Pada masa tahp selanjutnya  dengan initiative (inisiatif) dan guilt (rasa bersalah).



kita belajar untuk bertanggungjawab atas berbagai hal, Berkembangnya rasa tanggung jawab akan menanamkan rasa inisiatif pada kita. Sebaliknya akan muncul kita yang memiliki rasa bersalah dan cemas karena tidak memiliki rasa tanggung jawab dan tidak diberi kesempatan untuk mandiri. Pengalaman dari lingkungan akan menjadikan kita memiliki rasa percaya pada dunianya, mandiri, penuh inisiatif, dan siap menghadapi apapun dalam dunianya. Hal-hal inilah yang merupakan esensi mental juara.

Dalam membentuk mental juara serta memotivasi diri ada beberapa hal yang perlu diwaspadai yaitu jika kita sering menjadi juara:

-kita yang selalu atau sangat sering menjadi juara kerap menjadi lebih down ketika mengalami kegagalan. Terlebih lagi jika orang-orang di sekitarnya bersifat menyalahkan, kita bisa merasa tidak berharga dan tidak dicintai lagi karena sudah gagal.  Hal tersebut yang biasanya terjadi apabila lingkungan kita lebih mengutamakan hasil daripada proses, akibatnya penghargaan diri kita menjadi relatif rendah.

-Munculnya sifat angkuh atau sombong pada diri kita yang sering menjadi juara. Sekecil apapun pencapaian kita perlu dihargai. Di sisi lain apa yang menjadi kelemahan atau kekurangan kita perlu dievalusi dan dicari solusinya. Pujian maupun evaluasi hendaknya diberikan secara proporsional. Dengan demikian kita tidak menjadi sombong tetapi masih mau berusaha untuk lebih baik di kesempatan yang akan datang.

- Adanya sifat individualis kita perlu dihindari ketika menanamkan mental juara. kita bermental juara justru mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. kita yang menghargai dirinya sendiri berdasar proses, biasanya juga akan menghargai orang lain. kita perlu belajar memahami siapa dirikita, mengetahui kita akan bisa mandiri tanpa melupakan hakikatnya sebagai makhluk sosial.

Mental juara pada kita dapat dibentuk atau dilatih oleh siapapun, termasuk diri kita yang pernah gagal atau tidak terlalu sukses. Apabila orangtua bisa memiliki kepribadian yang positif dan memiliki motivasi serta keinginan untuk mengembangkan kitanya dalam lingkungan yang sehat dan tidak ada paksaan, diharapkan kita bisa tangguh menghadapi tantangan dan mempunyai mental juara karena setiap kita mampu menjadi juara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline