Lihat ke Halaman Asli

Paradoks

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Aku cinta negeriku, negeri sejuta impian, negeri sejuta dongeng, negeri sejuta harapan.

Negeriku sangat mempesona kawan, negeriku amat kaya hingga kami selalu berkecukupan dan bergelimang. Sumber daya alam kami melimpah, hingga kami terlalu bingung untuk mengolahnya, dan akhirnya kami percayakan kekayaan alam kami untuk "mereka" olah. Kami tak sombong kami lebih suka mengimpor dari negeri orang.

Hidup kami sejahtera kawan, para koruptor bertebaran dimana-mana tanpa diadili dengan tuntas. Tapi kami, tetap bisa hidup tanpa belas kasihan mereka. Hidup kami juga rukun kawan, real estate dapat bersebelahan dengan rumah kardus. Kami jalin simbiosis mutualisme, tanpa jijik kami memunguti sampah-sampah mereka hanya untuk menyambung hidup di kerasnya kota metropolitan.

Negeri kami juga negeri modern, kawan.Sawah-sawah dan lahan hijau kami ubah menjadi gedung-gedung pencakar langit dan perumahan mewah. Kami tak butuh lagi sawah, kawan. Sekali lagi kami bilang, kami negeri terlalu kaya yang bisa dengan mudahnya mendatangkan barang dari negeri orang.

Itulah negeri kami, negeri yang selalu dipenuhi intrik. Tapi, aku cinta negeriku. Negeri yang besar dimata orang besar. Kawan, jadilah pembangun negeriku, jangan puas jadi pengikut.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline