Lihat ke Halaman Asli

"Justice League" yang Luar Biasa Rileks

Diperbarui: 16 November 2017   11:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.bintang.com


Pada akhirnya, tentu saja mereka menang. Perjuangan demi umat manusia memang sepatutnya menang. Menghadapi tantangan apa pun, perjuangan yang menempatkan kemanusiaan sebagai tujuan akhir, cepat atau lambat, akan berakhir dengan kemenangan. Dalam film maupun dalam kenyataan.

Setelah Man of Steel yang muram dan Batman v Superman: Dawn of Justice yang hampir terasa seperti jurnal paranoia, Justice League hadir dengan kesegaran yang mengejutkan. Terlebih setelah belakangan ini muncul dikotomi "Marvel kocak vs. DC depresi". Menonton Justice League, bagi saya, rasanya segar seperti menenggak segelas penuh mojito.

Gal Gadot, seperti bisa diduga, terlihat sangat seksi dan menyenangkan. Caranya berjalan, ekspresi wajahnya yang kadang terlihat jail, dan terutama logat bicaranya, sungguh tiada banding. Meski wajah cantikanya tidak kelewat banyak di-close-up ala sinetron seperti dalam film Wonder Woman, porsi suguhan kali ini rasanya cukup. Kalau boleh kasih pendapat, saya mau bilang, "We want more Gal Gadot!"

Cyborg, well, bukan tokoh favorit saya. Flash, terlalu kekanak-kanakan. Aquaman, you boleh! Postur rambo, hati Rinto. Bagi yang tidak tahu siapa itu Rinto, silakan googling.

Yang menyenangkan, dalam arti berbeda, adalah Batman. Tua, rapuh, keras kepala, tapi tetap setia pada senjata andalannya: logika. Batman adalah kita. Manusia pada umumnya. Kecuali kekayaannya yang tiada batas, tentunya. Itu pengecualian.

Terlempar (paksa) ke dunia yang celaka ini, sebagian besar kita hanya dimodali minat dan bakat. Privilege macam kekuatan super hero hanya ada di komik. Alih-alih kekuatan, sebagian besar dari kita malah ditimpa segala macam keterbatasan. Kita harus mengandalkan kekuatan pikiran untuk bertahan dan meraih mimpi. Sedikit banyak, diakui atau tidak, di dalam diri kita terdapat sosok Batman. Sosok yang, menurut congor sampah Aquaman di film ini, konyol tapi lumayan cool.

Ada beberapa epic scene yang menggetarkan dan sebaliknya juga uh-oh scene yang bikin garing. Secara umum, Justice League enak ditonton. Sedikit terlalu banyak kata-kata bijak sehingga terdengar klise, namun masih bisa ditanggungkan.

Dan, ehem, wait until you meet him.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline