Lihat ke Halaman Asli

Musik 2011: Kantata Barock

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_152381" align="aligncenter" width="300" caption="Poster konser Kantata Barock"][/caption] Apa yang seharusnya menjadi konser akbar penutup tahun 2011 berubah menjadi pertunjukan konyol dan menyebalkan. Raungan gitar listrik Setiawan Djody dalam konser Kantata Barock semalam (30 Desember 2011) di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) terdengar sangat mengganggu. Bukan saja nadanya, melainkan juga penempatan waktu dan pilihan karakter suara gitarnya. Saya baru tahu kalau gitar bisa terdengar demikian memuakkan!

Iwan, tentu saja dia luar biasa!

Dia pernah menulis lagu berjudul “Manusia Setengah Dewa”, sebuah balada tentang mimpi akan hadirnya presiden Indonesia yang luhur budi. Malam itu saya melihat bahwa rupanya dialah si manusia setengah dewa itu. Iwan Fals itu sendiri.

Ketika dia menyanyikan “Ombak”, sebuah lagu tentang laut, nelayan, dan orang Indonesia, dengan hanya bermodalkan gitar kopong dan sebuah harmonika, GBK mendadak senyap. Semua lampu panggung dimatikan, kecuali beberapa lampu sorot berwarna putih yang menerangi dirinya. Separuh dari 30.000-an orang yang hadir di lapangan menyalakan korek api dan lilin.

Bagi saya, itulah momen terhebat dalam konser Kantata Barock.

Dan rasanya, jika mau jujur, untuk momen seperti inilah sebenarnya kami semua datang kesana. Untuk mendengar Iwan bernyanyi, menyuarakan ganjalan dalam hati kita semua. Ganjalan menahun yang bahkan kita pun kerap tak tahu bagaimana menyuarakannya.

Tapi dia, Iwan Fals, selalu bisa.

Dan Jabo, dia juga seru. Terlebih ketika menari-nari sambil meneriakkan: “TKW! Susu macan! Ijazah SD! Pengalaman!”

Dalam layout konser, penonton kelas festival seharusnya hanya boleh berdiri di track untuk lari. Tidak di atas lapangan sepak bola. Kenyataannya, semua akhirnya menginjak rumput.

Sungguh kasihan sepak bola negeri ini. Sudahlah pengurusnya bajingan tengik semua, prestasinya tak kunjung membanggakan, ditambah lagi kini salah satu lapangan terbaiknya terancam rusak karena diinjak puluhan ribu orang selama lebih dari 3 jam!

Sejujurnya saya katakan, tata suara konser malam itu benar-benar payah! Dari tribun bawah, tempat saya dan beberapa teman duduk manis (berusaha keras) menikmati konser, suara berbagai instrumen musik bertabrakan. Tumpang tindih. Sama sekali tidak jernih.

Beberapa kali suara Jabo hilang ditelan angin malam yang memang berhembus cukup kencang. Bahkan Once, saat tampil dengan band Kotak ditengah setlist Kantata Barock, malah kebagian mic yang tidak ada suaranya!

Nyanyian Jiwa, Nyanyian Preman, Bento, Bongkar, Pengeran Brengsek, Hio, dan Kesaksian adalah beberapa nomor lagu yang lumayan bisa saya nikmati.

Seandainya saja tata suara malam itu sempurna dan Djody membuang raungan gitar serta orasinya yang bertele-tele, Kantata Barock rasanya bisa jadi konser terhebat sepanjang 2011. Dengan tayangan animasi tiada henti di layar utama, didukung empat layar yang juga berukuran raksasa di kiri-kanan panggung, sebenarnya kita sudah bisa mencicipi kira-kira seperti apa rasanya hadir dalam konser The Wall milik Pink Floyd.

Tapi, ya sudahlah. Di Indonesia, kita toh sudah terbiasa berandai-andai...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline