Lihat ke Halaman Asli

Musik 2011: Pohon Tua di Surga Coffeewar

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_148351" align="aligncenter" width="300" caption="Mereka Sedang di Surga - foto by Rieza"][/caption] Jakarta Senin malam, seperti biasa, bukanlah kota yang ramah bagi para pengendara mobil maupun motor. Ditambah hujan yang turun merata sejak senja, jadilah neraka... Namun justru untuk itulah Tuhan menciptakan sosok Pohon Tua. Untuk membuai kita semua dengan denting gitar dan parau suaranya, serta jalinan lirik yang mempesona, agar sejenak kita bisa menepi dari ganasnya Jakarta. Untuk menyadari bahwa surga tidak perlu diraih dengan parang ataupun bom bunuh diri, melainkan cukup dengan sebuah gitar kopong, lagu merdu, dan sekumpulan sahabat sejalan. Maka coffeewar, sebuah kedai kopi kecil di bilangan Kemang Timur, yang malam itu dipadati 30-an lebih pengunjung, separuhnya barangkali pengunjung dadakan seperti saya, menjadi surga mungil ditengah belaian angin yang masih membawa butiran hujan sisa sore tadi. Tepat pukul 9, lagu pertama meluncur. Satu Cinta. Sejak itu, hingga dua jam berikutnya, 20 lagu lain berurutan menyusul, menyampaikan satu pesan yang tak bosan disampaikan si Pohon Tua: salam beribu cinta! Rehat Sekejap, Beranda Taman Hati, Renovasi Otak, Aku Dimana, Tentang Rumahku, dan Tak Seperti yang Kau Bayangkan. Tentang Rumahku, tentu saja, adalah lagu yang sudah setahun lebih saya tunggu. Sebuah lagu yang benar-benar indah, tentang rasa syukur atas segala anugerah dari yang kuasa. Tentang lapangnya hati menerima segala yang ada, sekecil apapun artinya. “Adakah yang lebih indah dari semua ini? Rumah mungil dan cerita cinta megah...” Sejenak kemudian Adrian Aditomo mengisi kursi yang ditinggalkan Pohon Tua. Bersenjatakan slide di jari kelingking yang menari lincah di sekujur leher gitarnya, yang menekan, mengelus, menyentuh, dan menggetarkan senar sesuka hati, dia membawakan sebuah lagu blues berbahasa Inggris. Lagu yang tidak saya kenal, tentu saja, hahaha! Tika menemaninya membawakan Hallelujah versi Jeff Buckley. Sebuah lagu yang belakangan baru disadari Adrian memiliki banyak sekali verse. Demikian banyak hingga dia memerlukan bantuan teks dari Tika. Pohon Tua kembali ke kursi, bir, dan gitarnya. Masih dengan Tika duduk manis di sebelahnya, mereka berdua melantukan sebuah lagu baru yang kabarnya akan menjadi materi dari album ketiga Dialog Dini Hari. Judul lagunya? Lagu Cinta. Menyusul kemudian cover dari Blowing in The Wind milik Bob Dylan, Oksigen, Dariku Tentang Cinta, Bengawan Solo (kembali bersama Tika), Manuskrip Telaga, Aku adalah Kamu, Pagi, Lagu Sedih, Pelangi, Ku ‘Kan Pulang, dan semuanya kemudian ditutup dengan Pohon Tua Bersandar. Dua puluh satu lagu akustik yang dibawakan dengan apik oleh Pohon Tua, Adrian Aditomo, dan Tika, secangkir kopi Mandailing yang nikmat, kekasih cantik yang selalu setia menemani, serta sekumpulan teman dekat yang berbagi kisah dalam tawa. Apalagi yang bisa saya minta? Jika surga itu benar-benar ada, maka ini tentulah merupakan salah satu versi terbaiknya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline