Lihat ke Halaman Asli

Real Steel: Tontonan Menyenangkan di Akhir Tahun

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_139920" align="aligncenter" width="300" caption="Poster film "][/caption] Jika tidak muncul film lain yang sebanding atau melampaui dalam dua bulan kedepan, “Real Steel” dipastikan akan menjadi film terbaik tahun 2011 ini. Ya, setidaknya, menurut saya.

Begitu apik cerita, akting, dan efek visual dalam film yang dibintangi Hugh Jackman ini, sehingga dua jam duduk dalam gelap terasa demikian singkat. Semangat, haru, lucu, simpati, dan kegembiraan datang silih berganti.

Menonton “Real Steel” serasa berkendara dengan roller coaster emosi, dalam konteks super menyenangkan!

Saya bukan penggemar tinju. Mengesampingkan fakta bahwa kemampuan fisik, bakat, dan visi dari seorang petinju itu luar biasa mengagumkan, saya merasa cabang olah raga ini kelewatan barbar untuk era modern seperti sekarang.

Dan “Real Steel”, dengan inti cerita seputar robot petinju, tentu saja menjadi berkah tersendiri bagi saya. Olah raga tinju mendadak terlihat penuh gairah dan tak lagi penuh darah, hahaha!

Sesungguhnya saya sangat tergoda untuk menulis banyak hal mengenai film ini. Namun, rasanya akan lebih memuaskan (dalam benak saya, tentunya) jika kamu semua duduk manis di bioskop dan mengalami kesenangan yang saya, dan ribuan orang lainnya, rasakan pada saat menyaksikan film ini, tanpa tahu apa-apa sebelumnya. Sungguh itu akan terasa seperti membuka kado dan mendapatkan kejutan menggembirakan!

Sebagaimana film-film Hollywood lainnya, “Real Steel” juga memberi porsi sangat besar pada konsep “American Dream” dimana si kecil bisa menjadi pemenang. Bahwa David selalu punya kesempatan untuk menang melawan Goliath.

Namun keunggulannya, barangkali, film ini mampu menggambarkan dengan jelas dua syarat utama yang dibutuhkan untuk itu: 1. David pantang menyerah, dan 2. Goliath tunduk pada sistem yang memberi kesempatan penuh pada David.

Indonesia, yang belakangan ini semakin mirip neraka, barangkali bisa segera menjadi lebih baik jika kita semua memetik inspirasi dari “Real Steel”. Inspirasi tentang perjuangan tak kenal lelah dan kesepakatan bersama mengenai kesetaraan hak hidup dan kesempatan berprestasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline