Lihat ke Halaman Asli

Transformers 3: Galaknya Para Robot Raksasa

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_123593" align="aligncenter" width="300" caption="Poster film Transformers 3"][/caption] Autobot maupun Decepticon, ras robot yang berasal dari planet mesin Cybertron, ternyata sama galak dan kerasnya. Dalam Transformers 3: Dark of The Moon, mereka baku hantam demikian rupa hingga lengan, pinggang, bahkan kepala terlepas jatuh ke tanah kering. Kematian ada dimana-mana.

Megatron, begundal paling sangar dari jajaran robot jahat Decepticon, sudah biasa membunuh untuk memenuhi ambisinya menguasai dunia. Sentinel, sosok yang baru muncul di film ketiga ini, membunuh demi menyelamatkan planetnya. Sementara Optimus Prime, robot paling jagoan sejagat raya, juga membunuh, demi bumi dan orang-orang yang dicintainya. Seperti slogan minuman teh kemasan yang terkenal itu, apapun masalahnya, membunuh adalah solusinya!

Sebagai film yang digandrungi anak-anak di seluruh dunia, pesan dalam film ini tentu tidak dapat dikategorikan sebagai pesan yang mulia.

Omong-omong, jika kamu tipe orang yang kritis terhadap alur dan logika cerita, lupakan saja Transformers 3. Ini bukan film untuk kamu!

Tapi jika kamu tidak keberatan dibilang berselera seni rendah dan mau duduk selama 2,5 jam untuk menelan semua teknologi efek visual paling canggih yang saat ini ada di dunia, ini jelas pilihan yang tepat!

Duel antar robot di film ini sungguh mempesona. Rasanya seperti menonton adu jotos petinju kelas dunia.

Pukulan telak di ulu hati, rahang bawah, maupun di belakang kepala, semua mengalir halus namun penuh tenaga. Autobot maupun Decepticon, di film ketiga ini, jelas punya instruktur bela diri yang jauh lebih hebat dibanding kedua film sebelumnya.

Yang paling saya suka adalah durasi perkelahiannya. Tidak bertele-tele.

Tidak ada pidato peran antagonis yang banyak cingcong seperti umumnya film-film bule. Semua pukulan adalah serangan mematikan. Lambat sedikit, perut bobol. Lengah barang sekejap, kepala menggelinding di lantai.

Tentu saja film ini tidak memberi terobosan apa-apa pada dunia seni. Satu-satunya inspirasi yang saya dapatkan setelah menonton perang brutal robot-robot raksasa ini adalah: jika kamu mencintai sesuatu, berbuat nyatalah untuk cintamu! Jangan diam dan membiarkan dunia berlalu.

Optimus Prime menantang dunianya, dunia mesin yang tak kenal belas kasihan, demi cintanya pada bumi dan umat manusia.

Dalam gelapnya teater yang gegap gempita oleh suara ledakan itu, saya berpikir, mungkin Indonesia bisa lebih baik, jika kita, orang-orang yang mengaku cinta tanah air ini, berbuat nyata untuk menghancurkan korupsi, alih-alih nyinyir dan kebanyakan teori seperti selama ini.

Tapi kamu, dan bisa jadi semua orang, mungkin akan bilang: “Kita kan bukan Optimus Prime?”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline