Lihat ke Halaman Asli

Musik 2010: 7 - The Album

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_105393" align="aligncenter" width="300" caption="Sampul album 7 dari /RIF"][/caption] Dalam banyak budaya dan bidang keilmuan, angka 7 selalu bermakna spesial. Tujuh hari masa penciptaan bagi umat Kristiani. Langit ketujuh dalam kisah Isra’ Mi’raj bagi umat Muslim. Tujuh warna pelangi identifikasi Sir Isaac Newton. Juga tujuh nada dalam dunia musik modern. Maka album 7, yang merupakan album terbaru dari /rif, semestinya juga bermakna spesial. Setidaknya bagi mereka. Sampul album yang berwarna gelap seolah memberi pesan pada calon pembeli: tak ada omong kosong disini! Seperti Jack Daniels yang rupanya menjadi endorser mereka, album ini lugas. Dan tentu saja, memabukkan! Awan Hitam menjadi pembuka. Cabikan gitar yang ditingkahi pukulan drum berderap membawa kita ke masa lalu, ketika intro bertenaga sama pentingnya dengan sepenggal lirik catchy di bagian utama lagu. Ketika lagu rock dibeli untuk didengar. Bukan untuk diperdengarkan. Cerita duka tentang lingkungan menjadi menu kedua. Pelangiku Sirna. Sama sekali tidak jelek, untuk ukuran /rif yang memang tak pernah menyematkan atribut penggiat lingkungan hidup dalam karirnya. Coba dengar apa kata mereka: Pelangiku sirna, hutanku nelangsa, karena efek rumah kaca, diabaikan penguasa... Adalah First Kiss yang memiliki warna /rif sejati. Setidaknya bagi saya. Lagu nakal, yang mengungkap isi kepala seorang gadis ingusan. Penuturan tabu tentang bagaimana si gadis mendambakan ciuman pertama, kedua, dan yang lainnya. Sungguh senada dengan foto diri /rif di bagian dalam sampul album, yang ketika dilihat akan serta-merta memicu kesan: “O-oh! Here comes trouble!” Rock n’ Roll Fantasy, besar kemungkinannya, adalah cerita mengenai mereka sendiri. Dalam nada ceria, mereka menuturkan kisah sedih tentang musik negeri ini. Kisah mimpi rock n’ roll yang basi terkunyah mesin industri. Fight! Nomor ke-5 di album ini, yang kiranya sangat layak jadi juara, membuat saya ingin berlari menyusuri trotoar. Melempar tas dan bergegas menunggangi angin. Melaju dalam nadi jalanan Jakarta yang macetnya kian tak tertanggungkan. Bersama lagu yang menghentak, menikmati derita di wajah-wajah lelah manusia yang berdesakan dalam bus kota dan kereta. Dan akhirnya, dengan sedih menyadari bahwa semua penderitaan itu sebenarnya ada hanya karena kita ingin hidup senang! Son, lagu dengan intro terkeras dalam album ini, berkisah tentang hadirnya seorang anak. Tentang kedekatan hubungan jiwa muda pada orang tuanya. Keluguan menyambut dunia. Bagian akhir dari album 7 terdengar lebih sepi. Lebih lembut. Green Song kembali bercerita tentang lingkungan hidup. Dan si nomor delapan, yang diberi judul +1, adalah lagu perdamaian yang ringan serta gembira. Betapa +1 adalah lagu yang sempurna untuk diputar di radio mobil beratap terbuka, dalam perjalanan bermandikan cahaya mentari, menyusuri jalan panjang berpadang ilalang. Keraskan volumenya, teguk bir dinginmu, tertawa, dan nikmatilah hembus angin. Ah, rock sudah kembali!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline