Lihat ke Halaman Asli

Musik 2009: The Biggest Wave Ever!

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Lituya Bay, pantai selatan Alaska, 1958. Sebuah gempa berkekuatan 8,3 skala Richter merobohkan sekitar 36 juta meter kubik es ke laut dan menghasilkan ombak setinggi 573 meter yang menyapu habis seluruh kehidupan di pantai yang beku dan sunyi tersebut. Itulah ombak terbesar yang pernah dicatat oleh sejarah modern umat manusia.

The Rock, Kemang, 23 Desember 2009. Sepasukan maniak Pearl Jam beranggotakan Perfect Ten, Alien Sick, Febie dan Afit Bittertone, Rony, Che Cupumanik, Edwin Cokelat, Ipang BIP, Tony dan Nial Bunga, Giri, Irang ex-BIP, Romy Sophiaan, serta Amar Besok Bubar memuntahkan 47 lagu tanpa henti, menghasilkan kegilaan luar biasa selama 4 jam penuh di seantero kafe yang saat itu dipenuhi oleh sekitar 300 pengunjung. Itulah pertunjukan paling gila, paling rusuh, paling menguras energi, dan paling memuaskan dalam sejarah PJId.

Seperti yang dikhawatirkan Purnomo, yang malam itu sudah tidur nyenyak di kampungnya, Solo, acara di The Rock molor dari jadual. Baru menjelang jam sebelas malam panggung terisi. Audiens sudah ramai sekali. Ruangan beratap rendah yang dipenuhi tiang serta poster ikon rock dunia, kecuali Pearl Jam (what the F!), itu sudah terasa pengap. Padahal lagu pertama belum lagi bergulir.

Ketika akhirnya lagu pertama, Long Road, berkumandang, sejujurnya, saya merasakan nuansa canggung dalam diri Perfect Ten. Tidak mengherankan. Tekanan pada mereka, terutama pada Hasley yang malam itu, seperti biasa, menampilkan citra Eddie muda, cukup besar.

Bagaimana tidak besar? Di sisi kanan, menghadap panggung, duduk manis Gusti dan Joshua Stigmata, Che Cupumanik, Edwin Cokelat, dan Ipang BIP, yang semuanya merupakan maniak Pearl Jam. Di belakang, dalam gelapnya bayang-bayang tiang yang bertebaran, ada Jessy Alien Sick, Tony Bunga, Giri, Irang ex-BIP, dan Anji Drive.

Tentu tidak mudah bagi Hasley dan Dedot untuk bernyanyi layaknya Eddie, ditengah kepungan aura para musisi, terutama vokalis, yang notabene punya pemahaman dan kedekatan psikologis mendalam terhadap Eddie.

Bagaimanapun, Perfect Ten memang terlahir dibawah naungan tuah angka sepuluh!

Entah bagaimana ceritanya, suasana canggung mendadak lenyap, berganti semangat dan antusiasme luar biasa di lagu ke sepuluh, Given to Fly. Mungkin audiens akhirnya mengamini bahwa ini malamnya Pearl Jam, setelah mereka lelah menerka-nerka deretan lagu dari Versus, Vitalogy, No Code, Yield, dan Backspacer yang sebelumnya dibawakan. Jadilah Given to Fly sebagai koor sempurna pertama malam itu, setelah sebelumnya hanya PJId saja yang jejeritan seperti gerombolan orang gila di sembilan lagu pertama.

Setelah itu, Hasley melantunkan Hail, Hail untuk istrinya tercinta. Ngomong-ngomong, malam itu lagu ini ditujukan untuk istrinya yang mana ya?

Do The Evolution meresmikan semua kegilaan malam itu. Arie dan Ino, yang terpaksa berpisah karena kehadiran Nito diantara mereka, seolah mendapat energi tambahan. Audiens juga tidak tanggung-tanggung ber-moshing ria sepanjang lagu ini. Tabrak kiri, hantam kanan. Dorong depan, injak belakang. Koor super kompak berlangsung di bagian: “Admire me... Admire my home... Admire my son... He’s my clone!”

Dan semua mengangkat kepala serta kedua tangan layaknya dalam sebuah upacara aliran pemuja setan ketika meneriakkan: “Hall... E... Lu... Jaaahhh...!” Tolong ya, kalian ini sebenarnya anak PJId apa anak setan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline