Dalam film dokumentasinya yang diberi judul “7 Ages of Rock”, salah satu nara sumber BBC dengan sangat yakin menyatakan bahwa The Who-lah yang pantas disebut sebagai band rock pertama di dunia. Bukan Rolling Stones, apalagi The Beatles. Dalam musik dan konser The Who, demikian sang nara sumber memaparkan, terdapat wilayah abu-abu dimana batas antara hiburan dan bahaya menjadi kabur. Itulah definisi terbaik dari rock.
Dan Jumat, 28 Januari 2011 malam yang lalu, MU Cafe menjadi saksi betapa semangat rock murni yang lahir empat dekade lalu masih menyala dan membakar.
Pagelaran konser Tribute to Nirvana yang digagas oleh Mustang FM menjadi ajang moshing, crowd surfing, dan stage diving bagi lebih dari 300 audiens yang benar-benar liar. Itulah saat dimana performer meledakkan musik di panggung, sementara audiens meledakkan kepala masing-masing dalam ritual tabrak lari yang tipis saja bedanya dengan kerusuhan. Sebuah “Fuck You! Moment” yang sangat menyenangkan!
Selama tiga jam yang penuh distorsi dan keringat itu, gudang peluru Nirvana dikosongkan. Mega hits yang meledak di penjuru dunia, lagu keren yang tidak sempat mengudara di radio bahkan di era kejayaan Nirvana, hingga lagu cover yang hanya bisa ditemui di box set With The Lights Out menghantam.
Sebagian dimainkan seperti aslinya, sebagian dimainkan dalam karakter baru sesuai band yang membawakan, dan sebagian lainnya tidak terlalu berhasil. Namun semuanya sama: dimainkan dari lubuk hati yang paling dalam.
Tiga band audisi serta empat band utama yang terdiri dari Shock Breaker, Besok Bubar, Toilet Sounds, dan Daily Feedback memastikan bahwa malam itu dahaga para penggemar Nirvana Jakarta dapat terpuaskan. Saya sendiri datang terlambat, sehingga hanya kebagian Besok Bubar, Gugur Bunga, Toilet Sounds, dan Daily Feedback.
Besok Bubar, dimulai dari pagelaran Metropolutan Concert bersama Navicula dan berlanjut ke festival rock terbesar tanah air Java Rockingland, sepertinya sudah menemukan karakter sound dan standar permainannya. Satu kaki berdiri di grunge yang mengusung keindahan distorsi, satu lagi berpijak di berat dan bertenaganya sound metal. Kombinasi yang sama sekali tidak jelek!
Sejak awal, ketika membuka penampilannya dengan ucapan “Bismillahirohmanirohim (Tuhan yang maha pemberi dan penyayang),” sembari menggerai rambutnya yang seperti pohon beringin, Amar langsung mengirim semua ke surga. Lima lagu yang menghantam ditelan bulat-bulat oleh audiens, yang seolah kesetanan dan tak henti saling melemparkan tubuh.
Favorit saya sih, dua lagu terakhir. School dan Negative Creep. Seru!
Gugur Bunga jadi yang selanjutnya. Datang terlambat sehingga menggeser urutan performer, mereka bukan yang terbaik malam itu.
Sosok gitaris merangkap vokalisnya yang berambut pirang dan memainkan gitarnya secara kidal, cukuplah kiranya mengingatkan kita semua pada Kurt Cobain. Namun sejujurnya, bagi saya, adalah David dari Daily Feedback yang terlihat benar-benar serius menjiwai karakter bernyanyi dan bermain gitar dari salah satu dewa grunge itu.