Apakah lokasi calon ibukota negara Republik Indonesia, di Panajam, Kalimantan adalah ruang hampa? Tidak ada jejak peradaban sebelumnya? Puslit Arkenas baru-baru ini menggelar diskusi bertajuk "Diskusi Arkeologi Kebangsaan : Rona awal Peradaban di Ibukota Negara".
Dalam diskusi tersebut para arkeolog senior berkumpul dan berdiskusi tentang hasil penelitian arkeologi di wilayah calon ibukota negara itu.
Juga para pejabat teras Balitbang Kemdikbud juga turut hadir. Baik melalui daring ataupun luring. Bahkan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) hadir, membuka langsung diskusi itu.
Yang pasti Kepala BRIN, Tri Laksana Handoko, sangat mengapresiasi penelitian arkeologi oleh Puslit Arkenas itu. Tak hanya itu, jajaran pejabat Bappenas dan Kemen PUPR juga turut hadir dalam gelaran diskusi Arkenas itu.
Diskusi yang sangat strategis dalam rangka membangun pemahaman dalam persiapan menuju IKN yang baru. Diskusi itu membuka mata, sekaligus data bahwa di lokasi yang akan digunakan sebagai Ibukota Negara (IKN), ditemukan jejak peradaban masa lampau disana.
Kepala BRIN, Tri Laksana Handoko sangat mengapresiasi inisiatif Puslit Arkenas untuk meneliti rona awal peradaban di IKN itu. Menurut Handoko, Kalimantan Timur, khususnya lokasi IKN, bukanlah ruang hampa.
Oleh karena itu penyelidikan terhadap rona awal peradaban di IKN melalui penelitian arkeologi merupakan inisiatif yang sangat penting.
Dalam soal IKN, bukan hanya sumberdaya arkeologi. Namun keanekaragaman hayati, biodiversitas, ekosistem lingkungan dan sebagainya merupakan potensi-potensi yang perlu dikaji dan diteliti dalam rangka persiapan pembangunan IKN
Inisiatif ini sebagai bagian peran penting peneliti Puslit Arkenas dan BRIN untuk memberikan rekomendasi-rekomendasi terkait persiapan pembangunan fisik IKN.
Oleh karena itu BRIN sangat mengapresiasi inisiatif Puslit Arkenas dalam proyek penelitian selama 4 (empat) tahun untuk melihat rona awal peradaban di IKN tersebut.