Lihat ke Halaman Asli

Wuri Handoko

TERVERIFIKASI

Peneliti dan Penikmat Kopi

Puisi: Percakapan Kunang-Kunang

Diperbarui: 6 November 2021   20:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Puisi : Percakapan Kunang-Kunang. Sumber: Kompas

Di sebuah belantara malam
Bercakap dua sosok kunang-kunang
Di sebuah dahan yang tak lama lagi jatuh ke tanah.
Keduanya bercakap tentang hujan.

Kata mereka,
ketika hujan mereka tak ingin sembunyi.
Sebab hujan tak lagi jatuh ke bumi.
Hujan, hanya membunuh api 

Malam semakin jauh dan menua. 
Kunang-kunang kehilangan waktu. 
Dan pergi satu-satu

Kata mereka, pada akhirnya semua akan pergi.
Bahkan malam yang paling setia sekalipun,
akan meninggalkannya. Kerlip cahaya pada pohon 
penjaga belantara. Pada saatnya akan luluh 
menjadi abu. 

Malam dan kunang-kunang,
saling setia. Lalu saling meninggalkan. 

Hanya manusia yang selalu lupa diri.
Melupakan dirinya
dan juga tanah tempatnya berdiri.
Juga malam yang setia menjaganya. 

Kunang-kunang pergi.
Esok kuku-kuku manusia menggantikannya.
Dari dalam tanah, pada tubuh yang mati. 

Malam dan kunang-kunang tetap setia
dan memulai lagi percakapan.
Tentang hujan yang tak jatuh ke bumi.
Juga tentang manusia yang lupa diri. 

Percakapan kunang-kunang tentang malam yang setia.
Dan manusia yang mati, melahirkan kunang-kunang
dari kuku-kukunya. Dari dalam tanah.

Semua selalu akan berulang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline