Kegelisahan ini semakin memuncak. Tak kenal siang
malam semakin gelap. Angin kencang tak kenal jeda
menghembuskan butiran sangat halus tak menjelma,
hanya gelap juga kosong dan manusia tiba-tiba terkapar
Kita tak tahu berada dimana, semenjak kaki tak berpijak
Hanya keraguan demi keraguan membungkus jejak
Dan kita dihantui ketakutan yang tak terurai mata
Juga tak terjawab oleh jiwa-jiwa yang kini sedang lara
Kita tak lagi mengerti kapan ini dimulai dan kapan berhenti
Seperti bahasa dan kalimat yang pudar di barisan nisan
Satu demi satu tertanam di tanah yang semakin pejal
Jiwa-jiwa sepi meninggalkan jiwa-jiwa yang lara
seperti kata-kata yang samar meninggalkan tanda tanya
juga ritual-ritual doa mencari altar-altar persembahan
Kita tak tahu harus kemana, semenjak udara menjadi bisa
dan meracuni seluruh kota hingga sudut perkampungan
sementara orang-orang harus pergi dan melupakan pulang
Mas Han. Manado, 5 Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H