Sungai adalah nafas zaman, urat nadi kehidupan dari masa prasejarah, hingga masa modern. Dari zaman batu hingga zaman digital.
Tak ada satupun periode perjalanan zaman yang tak bergantung dari sungai. Sumber air kehidupan, nafas yang menghidupi perjalanan zaman. Kehidupan umat manusia, bergantung pada sungai, sebagai sumber air untuk kebutuhan hidup.
Zaman prasejarah, manusia masa lampau, menggantungkan hidupnya pada sungai, sebagai sumber memperoleh air, yang menjadi kebutuhan vital untuk bertahan hidup.
Saya teringat ketika masih menjadi arkeolog di Maluku, ada tiga buah sungai purba di Pulau Seram, yang sangat terkenal. Masyarakat menyebut Tiga Batang Aer, yaitu Sungai Tala, Sungat Eti dan Sungai Sapalewa.
Sungai Tala, mengalir dari hulu ke muara di pesisir selatan Pulau Seram. Sungai Sapalewa, mengalir dari hulu ke peisisir utara Pulau Seram. Sedangkan Sungai Eti, mengalir dari hulu ke pesisir barat Pulau Seram.
Dimanakah gerangan hulunya? Konon baik Sungai Tala, Eti dan Sapalewa, hulunya terletak pada lokasi dan titik yang sama, saling bertemu. Dari titik hulu yang sama itulah mengalir Sungai Tala, Eti dan Sapalewa. Sehingga mitologi masyarakat Pulau Seram khususnya, menyebut Tiga Batang Aer.
Semua pertemuan hulu sungai Tala, Eti dan Sapalewa, itu konon berada di sebuah pegunungan, yang sangat terkenal sebagai gunung teritingi kedua di Pulau Seram, yakni Murkele, yang ketinggiannya mencapai 2.750 mdpl. Bersisian dengan gunung tertinggi, Gunung Binaya dengan ketinggian, 3000an mdpl.
Di pertemuan hulu tiga sungai itu, hulu Tiga Batang Aer itu, konon kehidupan bermula. Sebuah tempat pemukiman atau peradaban awal orang Maluku bermula. Nunusaku, mitologi yang hingga detik ini masih terus diperbincangkan di berbagai kalangan masyarakat di Maluku. Mitologi Nunusaku, yang sangat dipercaya sebagai cikal bakal kehidupan masyarakat Maluku bermula.
Baca Juga : Orang Maluku dan Mitologi Nunusaku, Tentang Mitos Peradaban Awal dan Asal Usul
Faktanya, jejak-jejak kehidupan purba ditemukan di aliran-aliran sungai Tiga Batang aer itu. Di Sapalewa, bukti arkeologi menemukan jejak alat-alat batu prasejarah, masa plestosen hingga holosen.