Saling memaafkan dengan cara saling menyentuh, saling berpandangan dan saling berbicara, bahkan saling memeluk adalah juga fitrah kemanusiaan kita untuk menjaga kehangatan pergaulan sosial kemanusiaan kita.
Sahabat, sudah berapa kali mengalami merayakan Hari Lebaran Idul Fitri? Sudah berapa kali mudik dan sudah berapa kali saling mengunjungi sanak saudara? Mungkin tidak terhitung, meski begitu, semua terasa baru saja berlalu bukan?.
Juga selalu dirindukan, seberapa seringpun kita berlebaran di kampung halaman. Selalu ada kerinduan untuk pulang kampung atau mudik lebaran. Saling mengunjungi tidak pernah bosan bukan? Begitu juga saling bertegur sapa, bertemu dan saling berucap maaf, saling bersalaman dan berpelukan.
Sudah sering pasti, dan sudah tak terhitung, namun selalu saja terasa semuanya tidak pernah membosankan dan selalu saja dirindukan momen-momen pertemuan lebaran itu.
Pandemi covid-19 merusak segalanya, juga merusak tradisi dan fitrah kemanusiaan kita sebagai mahluk sosial yang saling berbicara dan saling menyentuh.
Fitrah kemanusiaan kita, selalu ada hati dalam setiap momentum berlebaran. Sendau gurau, saling tertawa, saling menatap, saling menyentuh dengan bersalaman, adalah fitrah kemanusiaan kita, yang takkan pernah hilang dalam tradisi budaya nusantara kita.
Fitrah kemenangan dalam makna idul fitri kapanpun, juga idul fitri 2021 di masa pandemi ini adalah, kemenangan tentang mengalahkan jiwa-jiwa anti kemanusiaan kita, anti humanism. Idul fitri adalah momentum mengembalikan fitrah kemanusiaan kita, jiwa-jiwa kemanusiaan penuh persaudaraan.
Manusia adalah mahluk sosial, yang saling menyapa, saling menyentuh dalam pergaulan sosial kemanusiaan. Dan pandemi covid 19 membatasi semua itu.
Lalu semua digantikan secara virtual. Lebaran virtual dan kata maaf digital. Mungkin hati kita tidak dibatasi dan tidak bisa dibatasi oleh jarak dan ruang, namun tetap saja semua terasa ada yang hilang. Kebiasaan kita yang saling menunjukkan gestur persahabatan dan kekeluargaan tidak tampak lagi, meskipun kata maaf kita sampaikan.
Era digital ditambah pandemi covid-19, suka tidak suka, sebagian memang harus kita akui, tampak mendekonstruksi fitrah kemanusiaan kita. Kata maaf tak terucap lewat kata dan gestur tubuh kita yang mewakili rasa persahabatan dan kekeluargaan.