Lihat ke Halaman Asli

Wuri Handoko

TERVERIFIKASI

Peneliti dan Penikmat Kopi

Mengungkap Perjumpaan Budaya Tionghoa Pada Karya Arsitektur Nusantara

Diperbarui: 15 Februari 2021   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangsal Agung Keraton Kasepuhan Cirebon, yang mengandung unsur pengaruh budaya Tionghoa. Sumber: Nanik H. Wibisono, Puslit Arkenas

Sejak abad pertengahan dimulai abad 10 Masehi, Indonesia merupakan salah satu pintu gerbang dan jalur padat lalu lintas perdagangan. Puncaknya, sejak abad 15 M hingga abad 19M, wilayah Nusantara menjadi area lalu lintas perdagangan dari Arab, Tionghoa, India dan Eropa. 

Maka tidak heran, ketika mobilitas perdagangan itu menciptakan pertemuan silang budaya antar para pedagang dari negeri seberang di wilayah perairan Nusantara. 

Pedagang utama yang memainkan peran itu antara lain adalah pedagang Arab dan Tionghoa. Pengaruh budaya, adalah salah satu bentuk transformasi yang paling jelas diamati dan meninggalkan tapak-tapaknya yang hingga sekarang dapat diamati dan dijejaki. 

Salah satu bentuk pengaruh budaya yang paling populer adalah pengaruh arsitektur, produk kebudayaan yang tak dipungkiri berkembang terus dan perkembangannya dipengaruhi berbagai anasir kebudayaan dari banyak medan pengaruhnya. 

Di Nusantara, sejak abad 16 M, pengaruh yang cukup melekat dalam perkembangan arsitektur adalah pengaruh budaya Tionghoa. Bukti ini secara arkeologis masih dapat diamati jejaknya pada bangunan-bangunan kuno, termasuk masjid kuno. Pada saat bersamaan budaya Nusantara dan  Tionghoa saling menjumpai. 

Akulturasi Budaya Tionghoa dan Budaya Nusantara

Kajian yang menarik menyangkut arsitektur kuno, adalah kemungkinan adanya pengaruh arsitektur dan pertukangan Tionghoa, sebagaimana yang telah dibahas oleh Handinoto (2010) menyangkut pengaruh pertukangan Tionghoa pada bangunan masjid Kuno di Jawa abad 15-16 M.  

Di Jawa ia menyebut beberapa masjid Kuno yang mendapat pengaruh Tionghoa, antara lain masjid Agung Demak (1479), Masjid Kudus (1537) dan Masjid Mantingan di Jepara (1559). 

Ketiga masjid itu dikatakan mendapat pengaruh Tionghoa, kesimpulan ini dihasilkan dari identifikasinya baik dari konstruks masjid, motif hias dan sebagainya (Handinoto, 2010).  

Menyangkut pengaruh Tionghoa terhadap wilayah nusantara, Ahmad Sanusi Hasan (2010) mengatakan kerajaan champa di Indo Cina memainkan peranan penting dalam penyebaran Islam dan arsitektur Tionghoa. 

Bagian selatan Asia Tenggara, dikenal sebagai wawasan nusantara melayu, yang merupakan Indonesia dan Malaysia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline