Dua pasang lansia sejoli yang saya kagumi dan saya hormati. Pak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina Tjiptadinata. Keduanya adalah kompasianer senior yang selalu aktif berkarya. Saya mengagumi karya beliau di Kompasiana. Tulisannya mengalir alami, hasil dialog batin sanubari, tanpa basa basi dan mengalir sesuai isi hati.
Bagi saya, dan juga banyak kompasianer lainnya, beliau berdua adalah teladan, juga inspirator bagi banyak kompasianer muda. Beliau berdua boleh saja dianggap orang tua lanjut usia atau lansia.
Namun soal karya, justru beliau berdua menunjukkan semangatnya yang masih membara dan mengalahkan anak muda. Keduanya bisa mewakili ungkapan, bahwa berkarya tidak pandang usia, tapi ditentukan oleh semangatnya.
Yang lansia, yang berkarya. Bisa menjadi ungkapan, etos, ataupun istilah baru yang dapat terus memicu dan memacu semangat. Yang lansia, yang berkarya. Ungkapan itu terwakili oleh duo sejoli Pak Tjipta dan Ibu Roselina.
Pak Tjipta dan Ibu Rosa adalah duo sejoli, lansia tetap aktif, berkarya untuk bangsa, untuk kemuliaan jiwa. Keduanya, menulis artikel-artikel yang sangat bermanfaat, memberi pesan dan inspirasi yang mengagumkan, sekaligus mengagungkan usaha manusia dalam memaknai kehidupan.
Keduanya menunjukkan sebagai tokoh-tokoh humanis yang bersahaja. Memberi kebanggaan dan juga menjadi contoh bahwa sikap hidup keduanya memandang bahwa kesederhanaan adalah kunci hidup bahagia.
Memandang sesamanya adalah saudara dalam sisi kemanusiaan yang hakiki. Tanpa membedakan sekat-sekat perbedaan. Cara pandang dan sikap hidup keduanya sangat menunjung tinggi persaudaraan dalam kepelbagaian. Persaudaraan yang penuh kesetaraan dan semangat membangun kehidupan penuh kedamaian.
Secara pribadi, saya tidak mengenal secara langsung beliau berdua, Pak Tjipta dan Ibu Rosa. Namun melalui karya-karya beliau di Kompasiana ini, menunjukkan bahwa beliau berdua adalah para orang tua, lansia yang sederhana dan jujur. Juga penuh semangat dan kegigihan dalam menjalani kehidupan.
Apa yang saya tuliskan beberapa paragraf di atas, bukan karena saya mengenal beliau secara pribadi, namun hasil membaca intisari-intisari pemikiran beliau berdua lewat tulisan-tulisannya yang memikat sekaligus menggugah.
Saya harus jujur akui, mungkin banyak tulisan beliau berdua yang saya lewatkan, karena dalam blog kompasiana ini, ada banyak artikel-artikel yang berseliweran dalam tampilan akun saya. Namun setiap kali membaca artikel beliau berdua, selalu ada hikmah yang saya bisa petik.
Saya harus akui pula, tidak selalu setiap membaca artikel-artikel beliau saya memberikan vote dan memberikan komentar, bukan karena saya tidak mengapresiasi, tetapi lebih semata-mata karena pembawaan saya pribadi yang tidak selalu harus menunjukkan dengan cara vote dan komentar untuk mengapresiasi karya seseorang.