Lihat ke Halaman Asli

Wuri Handoko

TERVERIFIKASI

Peneliti dan Penikmat Kopi

Puisi: Di Balik Debu

Diperbarui: 5 Desember 2020   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Puisi Dibalik Debu. Sumber: dutatv.com

Berdebum ke tanah pohon tumbang di musim panas
Tak ada yang menebangnya, ia tumbang begitu saja
Menua dan kering dihantam deru memacu
Angin dan udara berhawa bara. Debu menggulung waktu

Dibalik debu, pohon-pohon menua beradu dahan
Gemeretak patah bersahutan jatuh ke tanah
Satu persatu ranting kering menyusut punah
Masuk kedalam tanah. Lalu abu menghilang pelan

Dibalik debu, tanah pekarangan menjadi gersang
Retak-retak, air menguap cepat dan menyusup
Hilang jejak tanah basah, berganti debu dan arang
Lintah dan cacing mati, yang lain pergi sayup-sayup

Orang-orang tak peduli, sebab tanah kini hanya tempat menumpang
Kaki berpijak hanya sementara, yang lain bahkan menjualnya
Di dalam tanah, mesin berputar-putar dan bising menderu
Membuat lubang menganga dan mengepulkan asap lalu terbang

Orang-orang entah kemana, padahal air kehilangan sumbernya
Sawah semakin hari berkurang, berganti perumahan tak dikenal
Pelataran tak lagi tempat menjemur padi, berganti tempat parkiran
Reremputan semakin kering dan mati, berganti aspal dan semen plesteran

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline