Jinten hitam atau habattusauda sangat dikenal di masyarakat hingga sekarang. Bahkan perkembangannya kini tampaknya sangat laris di pasaran. Selama kurang lebih sepuluh tahun, saya pribadi juga mengkonsumsinya. Selain untuk obat, habbatusauda juga bisa sebagai suplemen untuk menjaga kesehatan tubuh.
Jika untuk pengobatan, kita bisa mengkonsumsi 3 butir tiga kali minum dalam sehari. Biasanya berbentuk kapsul, baik bubuk maupun cair. Namun, untuk saya pribadi, saya lebih cocok mengkonsumsi dalam bentuk cair. Jika untuk menjaga kesehatan dan stamina, cukup 3 butir sekali dalam sehari.
Saya pribadi pertama kali mengkonsumsi obat ini, saat saya masih tinggal di Ambon. Pertama mengenal obat ini, ketika suatu saat di tahun 2010, di Lapangan Merdeka, di tengah Kota Ambon, diadakan Pameran Pembangunan dalam rangka Sail Banda, bertajuk Maluku Expo. Di dalam event itu salah satunya adalah diadakan pameran berbagai produk pembangunan.
Sebagaimana kegiatan pameran expo, juga terdapat stand-stand bagi para pihak yang ingin memasarkan produk jualannya. Salah satu stand, disitu menjual berbagai macam obat-obatan herbal.
Habbatussauda, Obat Segala Macam Penyakit
Saya tertarik dengan salah satu stand penjualan obat herbal. Di stand itu, dijual obat herbal habbatussauda lengkap dengan brosur yang disediakan, berisi informasi tentang obat yang dijual itu. Pada brosur itu dituliskan dalam brosur itu "Habbatussauda, obat segala jenis penyakit".
Saya lantas membelinya. Tersedia dua kemasan, botol berisi 200 butir seharga 200 ribu rupiah dan kemasan botol yang berukuran lebih kecil, berisi 100 butir kapsul dengan harga, 100 ribu rupiah.
Selain itu, dalam kemasan botol itu, terdapat jenis habatussauda dalam bentuk kapsul berisi minyak dan juga bubuk. Selain itu juga terdapat banyak merk dalam berbagai kemasan.
Saya lantas membeli salah satunya dalam merk tertentu, karena menyediakan jenis obat habatusauda dalam kemasan kapsul berisi minyak. Untuk jenis kapsul minyak, biasanya harganya sedikit lebih mahal.
Ketertarikan saya membeli obat herbat itu bukan tanpa sebab. Kebetulan di tahun itu, seorang saudara dinyatakan menderita Infeksi Saluran Kencing (ISK). Selama berbulan-bulan berobat, dan pindah-pindah dokter, tidak kunjung sembuh.
Hasil diagnosa dokter, juga bermacam-macam. Satu dokter mengatakan, saudara saya itu menderita ISK. Namun ada pula dokter yang mengatakan saudara saya itu menderita batu ginjal.