Lihat ke Halaman Asli

Wuri Handoko

TERVERIFIKASI

Peneliti dan Penikmat Kopi

Manusia dan Peradaban Indonesia: Pesan Masa Lalu untuk Indonesia

Diperbarui: 19 September 2020   08:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: UGM Press

Manusia dan Cikal Bakal Peradaban Indonesia

Beberapa waktu lalu, sempat menyeruak perdebatan soal manusia pribumi Indonesia. Apakah benar, tidak ada yang sebenar-benarnya manusia pribumi Indonesia? Semua karena diaspora, apakah ini pernyataan politis atau narasi budaya? terus yg dimaksud pribumi itu merujuk ke soal genealogis biologis, atau genealogis budaya? 

Demikian, saya mengajukan pertanyaan untuk diskusi bedah Buku" Manusia-Manusia dan Peradaban Indonesia" yang ditulis oleh Prof. Truman Simanjuntak. Seorang arkeologi senior, salah satu mahaguru arkeologi Indonesia yang ada saat ini. Selain Truman Simanjuntak, juga hadir Prof Harry Widianto, mantan Kepala Museum Manusia Purba Sangiran, yang kini menjadi peneliti senior di Balai Arkeologi Yogyakarta dan Dr. Daud Aris Tanudirjo, arkeolog Universitas Gajah Mada. 

Tantangan para arkeolog memang sesungguhnya, untuk menjawab perdebatan soal-soal kebangsaan, soal-soal Keindonesiaan dari kacamata budaya, dengan pintu masuknya arkeologi. Artikel ini, mungkin tidak banyak menyinggung soal isi buku yang ditulis Truman Simanjuntak itu. Namun, beberapa poin penting hasil diskusi itu, ingin saya bagikan untuk para pembaca Kompasiana. 

Kembali, ke pertanyaan saya di awal, Harry Widyanto, seorang arkeolog sekaligus paleontolog, mengambil waktu untuk menjawabnya. Bagi Harry, sejak diaspora homo sapiens, ras manusia modern , yang pertama kalinya melakukan perjalanan dari Afrika, 150 ribu tahun lalu. Sebenarnya memang itu cikal bakal, penyebarannya hingga ke Nusantara. Lalu manusia yang dianggap mengantarai antara homo erectus dan homo sapiens adalah homo florensiensis. Walaupun sampai sekarang itu juga masih menjadi perdebatan. Setelah itu muncullah manusia modern awal antara 70 ribu sampai 20 ribu tahun yang lalu. 

Bagaimana perjalanan Indonesia, sejak persebaran pertama kali manusia modern dari Afrika hingga ke wilayah Nusantara. Migrasi, interaksi, adaptasi dan evolusi, adalah lukisan perjalanan dalam dimensi ruang dan waktu. Ruang geografisnya adalah kepulauan nusantara. Demikian, setidaknya digambarkan isi buku Truman ini oleh koleganya, yaitu Harry Wdiyanto. 

Munculnya diaspora manusia dari luar kepulauan Indonesia, kemudian melakukan penetrasi ke wilayah nusantara, hingga terbentuklah kumpulan kebudayaan yang ada di kepulauan Nusantara hingga saat ini. Dalam rentang waktu sejak 2 juta tahun lalu, dalam dimensi ruang dan waktu menjadikan kekayaan budaya yang kita baca sampai sekarang ini. 

Keberadaan manusia tertua, homo erectus, berdasarkan terori "Out Of Africa", keluar dari Afrika 1, 8 juta tahun yang lalu kemudian sampai ke kepulauan Nusantara mengalami evolusi selama, 1, 5 juta tahun lamanya. Lalu homo erectus itu punah, pada 150 ribu tahun yang lalu. Lalu digantikan dengan homo sapiens, cikal bakal manusia modern, hingga yang tampak fisiknya hingga sekarang ini. 

Sumber: Harry W/Puslit Arkenas

Sumber: Harry W/Puslit Arkenas

Setelah itu lalu hadirlah manusia dari ras Austromelanosoid sekitar 15 ribu sampai 5 ribu tahun yang lalu. Setelah itu lalu hadirlah ras mongoloid sampai yang sekarang ini. Ini adalah saudara yang datang dari utara, lalu menempati Indonesia bagian barat. Sementara untuk Indonesia bagian timur, dihuni oleh manusia-manusia yang dari sebagai manusia mdern awal,  melakukan perjalanan ke Melanesia, ke Papua Nugini. 

Sebelum ini melakukan perjalanan dari timur ke barat, melalui NTT dan NTB. Jadi di NTB dan NTB ada percampuran ras mongolid dan ras austromelanosoid. Ras mongoloid, menduduki Indonesia bagian barat, seperti di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi sejak 4000 tahun yang lalu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline