Lihat ke Halaman Asli

Wuri Handoko

TERVERIFIKASI

Peneliti dan Penikmat Kopi

Puisi: Seribu Tahun Lalu

Diperbarui: 27 Agustus 2020   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: http://worshipcenterindonesia.blogspot.com/

Akulah perjalanan waktu.
Pada senjakala dunia seribu tahun lalu
Dalam suatu masa ketika kota masih ditandai istana
dan singgasana batu
Penduduk hidup berkelompok di wanua dan negeri lama.
Dan dikelilingi susunan dinding dan kubur batu.
Bicara kubur batu pada tanah, leluhur berbaring ataupun berdiri
menuju perjalanan langit dan bersemayam di lapis-lapisnya

Akulah perjalanan zaman
Pada lembah sunyi dan sungai purba dulu kala
Diantara bebatuan besar dan kecil untuk membuat senjata
Juga kriya dari tanah liat dan pasir
Lalu dikenalnya logam menandai zaman perundagian
dan karya lebih beragam. Berburu berganti menanam.
Memanggang di
bawah matahari berganti membuat api.
Menggosokkan batu berganti menggesekkan bambu
Meramu tumbuhan lalu menumbuk biji-bijian

Akulah perjalanan kuasa
Diantara relasi panglima dan kapitan
yang diteriakkan kelompok pengikutnya
Lalu berganti organisasi dan
membentuk lembaga. Lalu wanua berganti kota raja.
Kemudian raja memilih mahkota.
Dari bambu menjadi kayu, kayu menjadi kain
dan kain berganti logam mulia
bertahta intan dan mutiara.
Raja bak penguasa jagat, setengah dewa dan kuasa raya

Akulah perjalanan masa...yang tak ada habisnya
berganti waktu, berganti ruang...

catatan : wanua             = kampung

                   perundagian = pertukangan
 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline