Kumencintaimu sejak kita saling dikenalkan
oleh guru bahasa dan agama
di masa kanak-kanak dulu..
saat pertamakali merasakan sesuatu itu berbeda
Kutanya dalam hati setiap kali
sebelum berangkat sekolah di bangku pertama
Dan hatiku ternyata melukis wajahmu
di setiap perjalanan duaribu meter jaraknya
Dari rumah berjalan kaki menyusuri sawah
dan tegalan yang oleh embun tanahnya dibasahkan
setiap pagi...
saat matahari pagi mengintip di balik punggung merapi
di kejauhan
Lalu merapi itu kutinggalkan semakin jauh
Dan kita juga dipisahkan oleh perjalanan
bahkan saat belum cukup waktu perkenalan dulu
Karena kuharus susuri kehidupan yang tak jelas kemana
waktu itu...
Bahkan kuseberangi lautan demi sebuah harapan
masa depan...
mungkin saat bertemu denganmu
suatu saat nanti, entahlah...
Ku masih juga melukis wajahmu di atas lautan
Saat perjalanan, ribuan kilometer jauhnya
Di lautan...kala itu
Perjalanan yang tak kutahu untuk apa
Hanya sekedar lari dari kepahitan...
ataukah menyusuri perjalanan untuk harapan
Tapi wajahmu selalu ada, bahkan kulihat di cakrawala
Kini, waktu mempertemukan lagi kita berdua
di bawah langit dan bumi yang sama saat dulu
kita bertemu tatap kanak-kanak yang ragu
Matamu bening tak ubahnya seperti dulu kala
Dan perkenalan kita lanjutkan lagi, bisa?
Sebab aku lelaki yang memendam rindu
yang menyimpannya dalam setiap waktu
perjalanan dari sejak awal perpisahan kita dulu
hingga kini saat pertemuan kembali tak terduga
saat kita sudah berumur paruh baya
Pertemuan yang kemudian saling mempertanyakan
apakah ini takdir kita untuk bersama?