Suatu ketika aku tertidur di bawah bayangan pelangi, pada sore itu, lalu terbangun di tengah malam yang sunyi. Hujan tengah malam itu membangunkanku. Berapa waktu sujudku telah terlewat, dan membuatku seperti kehilangan separuh harapan.
Aku termangu di tengah malam buta itu. Setelah itu aku tak bisa lagi pejamkan mata, hingga mentari mengintip di ujung timur, di garis cakrawala laut dan langit yang mengkilat teja.
Hari ini aku punya rencana, menjemput seorang yang baru kukenal, pada beberapa malam lalu. Orang yang bisa saja menghancurkan hidupku, atau sebaliknya membawaku pada kehidupan baru. Aku tidak tahu, tapi aku sudah putuskan untuk menjumpainya.
Sebenarnya, orang yang baru kukenal setelah 30 tahun lamanya, tak pernah berjumpa. Seorang yang kukenal di masa kecil dulu. Setelah itu menghilang, tak pernah tahu kabarnya. Persisnya, kami tidak pernah saling tahu kabar masing-masing.
Matahari semakin meninggi, dan seperti hari-hari kemarin, matahari yang lebih sering bersembunyi, di balik awan. Awan yang lebih sering menghitam, dan seringkali mengucurkan butiran airnya, pada hari-hari ini. Hari menjelang pertemuanku pada seorang wanita yang baru kukenal itu.
Tak seperti biasanya, jalanan depan rumah masih lengang, padahal hari sudah menuju siang yang terang. Hmmm...aku lupa hari ini hari libur rupanya.
Sesekali matahari pagi mengintip, tapi lebih sering bersembunyi. Seperti aku yang lagi menyembunyikan kekhawatiran yang membingungkan. Orang yang akan kujumpai nanti adalah sosok yang membuat pikiranku penuh pertanyaan.
Setelah 30 tahun berlalu, tanpa kabar, tiba-tiba dia hadir dan ingin bertemu? Mengapa? Rindu? Apakah mesti secepat ini dan tiba-tiba. Lalu mengapa aku juga menurut saja apa maunya.
Pagi itu, aku terkejut, pintu rumah berbahan tripleks diketuk seseorang dari luar. Dengan tergesa-gesa segera kubuka, ternyata driver online yang sudah kupesan setengah jam yang lalu.
Segera aku meluncur dengannya. Ke suatu tempat yang sudah kujanjikan pertemuan. Di sebuah perbukitan, yang dari puncaknya ku bisa pandang pantai, lautan, telaga dan juga seluruh wajah kota tempatku mengaduk mimpi.
Perjalanan sudah sejam, tapi aku tak menyangka, di sepanjang jalan begitu lengang itu. Hari ini memang hari libur, tapi semestinya tak selengang ini.