Lihat ke Halaman Asli

Wuri Handoko

TERVERIFIKASI

Peneliti dan Penikmat Kopi

Menanti Tanpa Henti, Mewujudkan Mimpi Kawasan Megalitik Lore Lindu Menjadi Warisan Dunia

Diperbarui: 18 Agustus 2020   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Field school di Kawasan Megalitik Lore Lindu. Sumber foto: Wuri Handoko/Balai Arkeologi Sulawesi Utara

Bagi kalangan penggiat budaya, pencinta warisan budaya, pamong budaya dan peneliti arkeologi, nama Kawasan Megalitik Lore Lindu (KMLL) sudah demikian dikenal. Juga beberapa kalangan  jurnalis yang konsen terhadap warisan budaya. Apatah lagi bagi masyarakat di wilayah Kabupaten Poso khususnya dan Sulawesi Tengah umumnya. KMLL, sudah menjadi ikon budaya yang populer di kalangan masyarakat.

Bagi Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud, KMLL adalah sebuah ruang kebudayaan, kawasan warisan budaya leluhur, yang kini diperjuangkan menjadi kawasan cagar budaya warisan dunia atau world heritage. Memang saat ini mungkin masih tumbuh dalam angan atau mimpi, yang masih jauh dari harapan. Namun berbagai usaha untuk mewujudkan itu, semakin menguat.

Harapan dan energi yang dikumpulkan, adalah kombinasi saling menyentuh dan melengkapi. Bagi kami, Balai Arkeologi Sulawesi Utara dan Pusat Penelitian Arkeologi nasional, yang bergerak di wilayah hulu, tentu saja, menyodorkan informasi-informasi penting, yang dapat menjadi penguatan energi, untuk usaha mewujudkan mimpi itu, tentang KMLL menjadi kawasan World Heritage.

Sudah sekian panjang riwayat penelitian arkeologi di lakukan oleh Pusat Panelitian Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Sulawesi Utara. Upaya mengungkap misteri peradaban masa lampau, dengan bukti hadirnya berbagai obyek arkeologi berupa patung-patung megalitik, berukuran seperti manusia, bahkan beberapa patung manusia raksasa. Juga berbagai alat-alat perlengkapan lainnya, seperti kalamba, lumpang batu raksasa dan sebagainya.

Para arkeolog, sudah lama berusaha mengungkap peradaban di kawasan megalitik Lore Lindu. Tentang leluhur dari mana yang membangun peradaban di sana, hingga perkembangannya kemudian. Mengapa mereka memilih Kawasan Lore Lindu sebagai tempat bermukim hingga meninggalkan jejak-jejak peradabannya yang menakjubkan.

Suatu ketika, saya berbincang dengan sahabat saya, sekaligus senior saya, yang dikenal dengan nama Iksam Kaili, seorang arkeolog yang berpengalaman melakukan riset di Lore Lindu.

Katanya, penelitian di Lore Lindu, sudah sangat panjang, sejak masa kolonial Hindia Belanda, para peneliti dan arkeolog sudah sering melakukan penelitian tentang megalitik Lore Lindu, sebut saja misalnya A.C. Kruyt dalam tulisannya "Van Poso naar Parigi een Lindoe" pada tahun 1898.

Deretan Kalamba (Batu lumpang) raksasa di Lembah Besoa, Kawasan Megalitik Lore Lindu. Sumber: Wuri Handoko/Balai Arkeologi Sulawesi Utara

Kemudian pada tahun 1938 Kruyt menerbitkan tulisannya "De West Toradjas in Midden Celebes", dan dalam tulisan tersebut Kruyt menyebutkan beberapa tinggalan arkelogis di Kulawi seperti kalamba di Gimpu, batu dulang di Mapahi, dan peti kubur kayu di Danau Lindu.

Walter Kaudern, seorang peneliti berkebangsaan Swedia pada tahun 1938 menebitkan tulisannya "Megalithic Finds in Central Celebes" dan sebuah tulisan tentang etnografi "Structure and Settlements in Central Celebes".  

Penelitian potensi arkeologi oleh peneliti Indonesia pertama kali dilakukan pada tahun 1976 oleh Tim Proyek Penelitian dan Peninggalan Purbakala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tim dipimpin oleh seorang arkeolog Haris Sukendar dan dalam penelitiannya sempat melakukan ekskavasi awal pada situs Suso di Padang Tumpuara Lembah  Bada Kabupaten Poso.

Senior saya yang lain, Dwi Yani Yuniawati, seorang arkeolog Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, yang sangat konsen terhadap penelitian di Lore Lindu, merinci dengan cukup detail, temuan patung-patung megalitik di Lembah Besoa, Lore Lindu. Ia menuliskan arca megalitik di Lembah Besoa ketika ditemukan sebagian besar masih dalam bentuk yang utuh, dengan arah hadap yang bervariasi. dan adapula yang terlentang dan terbenam dalam tanah atau semak belukar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline