Lihat ke Halaman Asli

Wuri Handoko

TERVERIFIKASI

Peneliti dan Penikmat Kopi

Membudayakan Inovasi, Menginovasikan Budaya

Diperbarui: 9 Januari 2021   01:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : http://bukantulisanilmiah.blogspot.com/

Sumber: https://listyapratiwi.com/

Presiden Joko Widodo dalam pidato pertamanya, saat dilantik sebagai Presiden RI untuk Periode II (2019-2024), menegaskan pentingnya inovasi dalam memenuhi tuntutan perkembangan zaman. 

Dalam pidatonya, Presiden Jokowi mengatakan untuk mencapai target negara, harus disertai kerja keras, kerja cepat, dan harus disertai kerja-kerja bangsa kita yang produktif. Tuntutan zaman di era alih teknologi 4.0, dunia yang sangat dinamis, sekaligus penuh resiko, maka semua dihadapkan pada perkembangan zaman yang sangat kompetetif. 

Oleh karena itu, kata Presiden kita harus mengembangkan cara-cara baru, nilai-nilai baru. Jangan sampai terjebak dalam rutinitas yang monoton. Menurut Presiden Jokowi, seharusnya inovasi itu bukan hanya soal pengetahuan, tapi juga harus dibudayakan. 

"Harusnya inovasi bukan hanya pengetahuan. Inovasi adalah budaya," kata Presiden Jokowi (Sumber: kompas.com).

Menangkap apa yang disampaikan oleh Bapak Presiden, maka semua sektor pemerintah seharusnya memang memiliki kemauan yang sama, untuk bekerja keras dan bekerja secara cepat, agar menghasilkan produktivitas yang tinggi. 

Lalu, bagaimana dengan kami yang bekerja dalam lembaga atau instansi kebudayaan? Bagaimana kami yang bekerja di lembaga penelitian kebudayaan, yang mengurusi soal budaya masa lalu, seperti Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dengan 10 Balai Arkeologinya? Ini tentu merupakan tantangan, sekaligus sebenarnya juga peluang. 

Yang pasti, sebagaimana disampaikan Presiden, meskipun kami bergerak di instansi penelitian yang mengurusi bidang kebudayaan masa lampau, bukan berarti tidak ada tuntutan untuk berinovasi. 

Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, satu contoh saja, sejak 2019, menerapkan kebijakan penelitian yang lebih kompetetif. Semua proposal riset harus direview dan salah satu persyaratan dalam proposal penelitian itu adalah adanya nilai kebaruan (Novelty). Jadi, jangan harap para peneliti arkeologi di seluruh Indonesia, mendapat persetujuan pendanaan, jika tidak ada nilai kebaruan dalam penelitiannya.

Selain itu, terdapat pilihan topik penelitian yaitu SDG's (Suistainabele Development Goal's). Topik ini mensyaratkan, bahwa penelitian arkeologi harus menjawab tantangan-tantangan pembangunan berkelanjutan. 

Meskipun arkeologi berangkat dari kebudayaan masa lampau, namun tujuan riset harus menghasilkan data yang dapat ditindaklanjuti untuk menjawab tantangan kehidupan kekinian. 

Menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat saat ini dan juga bermanfaat secara berkelanjutan. Hal inipun seiring dengan program yang dicanangkan oleh Bapenas, tentang SDG's itu. Itu hanya satu saja contoh, dari sekian banyak kebijakan instansi kebudayaan, dalam menerapkan program inovasi berdasarkan tugas fungsi instansi pemerintah yang bekerja mengelola sumberdaya budaya di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline