Lihat ke Halaman Asli

WULIDATUL IMROAH

Lala_cishlist18616

Tradisi Sambut Bulan Suci Ramadhan di Desa Depok sebagai Wujud Kebahagiaan

Diperbarui: 1 April 2022   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Bulan Ramadhan yang merupakan salah satu bulan mulia atau bulan suci yang sangat dinantikan oleh semua orang muslim atau umat beragama islam diseluruh dunia. Bulan Ramadhan adalah suatu nikmat yang agung, penuh berkah dan penuh ampunan yang diberikan oleh Allah SWT dan selalu dimaknai sebagai bulan dengan sejuta kemuliaan di dalamnya.

Pada Bulan Ramadhan diwajibkan oleh Allah SWT untuk berpuasa. Hal tersebut, dijelaskan didalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari, 1761 dan Muslim, 1946 dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata, Rasulullah sallallahu'alai wa sallam bersabda, "Allah berfirman, "Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya".  Dari kemuliaan tersebut, maka sudah menjadi hal yang lumprah terjadi apabila orang-orang muslim bersuka cita menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Sebagaimana hal nya menyambut tamu agung yang di nanti-nantikan, maka banyak persiapan yang dilakukan oleh orang-orang muslim di seluruh dunia, bahkan di Indonesia khususnya di Desa Depok, Kabupaten Trenggalek, ketika bulan Ramadhan akan datang.

Menyambut bulan Ramadhan yang merupakan wujud dari kebahagiaan, sebagaimana dalam QS.  Yunus [10] ayat 58, yakni Allah SWT berfirman; "Katakanlah: 'Dengan kurnia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". Sehingga, banyak tradisi-tradisi menjelang bulan Ramadhan yang masih dilakukan sebagian orang muslim berdarah Jawa. Salah satunya yang dilakukan atau dijalankan oleh warga muslim yang ada di Desa Depok.

Dari banyaknya tradisi-tradisi menjelang bulan Ramadhan, yang sering dilakukan oleh warga muslim Desa Depok yaitu tradisi megengan. Megengan yang menurut filosofi Jawa mempunyai arti 'ngempet' atau dalam bahasa Indonesianya adalah menahan. Megengan juga mempunyai arti 'unggahan' atau dalam bahasa Indonesianya adalah naik. Sehingga, dua kata tersebut apabila digabungkan mempunyai makna yaitu bersyukur dan berdoa sebelum naik atau memasuki bulan suci ramadhan. Sedangkan, dalam konteks bulan Ramadhan megengan mempunyai arti yaitu menahan dari hawa nafsu. Sementara megengan bertujuan untuk melestarikan budaya atau tradisi orang-orang muslim yang masih berdarah jawa yang sejak lama telah berkembang di lingkup masyarakat pada saat bulan suci Ramadhan tiba.

Di Desa Depok, dalam tradisi megengan biasanya didalamnya terdapat berbagai rangkaian acara, seperti Salalahuk atau pelantunan syair sholawat yang biasanya dikenal sebagai shalawat para petani.  Sholawat Salalahuk berisi tentang doa, syahadat, ajaran sifat wajib Allah, sejarah Nabi dan sholawat pada Kanjeng Nabi. Shalawat salalahuk sendiri berpatok pada Mbah Kyai Asror, Pimpinan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiien di Dusun Bendo, Desa Ngadirejo, Kec.Pogalan,Trenggalek. Shalawat salalahuk biasanya dilantunkan disaat selesai slalat tarawih sebagai bentuk sholawat yang telah diturunkan dari generasi ke generasi, yang dapat menjadi tradisi para petani sebagai bentuk kerinduan umat muslim kepada Kanjeng Nabi.

Selain acara Salalahuk, ada beberapa dari masyarakat Di Desa Depok membuat acara didalam tradisi megengan yaitu istighasah dan tahlil ataupun shalawat, dzikir dan doa bersama, serta makan bersama yang dilakukan secara massal oleh masyarakat atau orang-orang muslim di Desa Depok dengan harapan agar disaat menjalankan ibadah puasa Ramadhan warga desa Depok khususnya orang-orang muslim dapat tenang dan berlapang dada karena Allah SWT sudah memaafkan dosa yang diperbuat selama satu tahun sebelumnya.

Dalam tradisi megengan guna menyambut bulan suci Ramadhan, selain acara-acara yang telah dijelaskan sebelumnya, ada sesuatu hal yang biasanya dinanti-nantikan oleh masyarakat atau orang-orang muslim di Desa Depok yaitu makanan atau jajanan khas yang disajikan dari setiap rumah yaitu kue apem. Kue apem yang merupakan jajanan tradisional menjadi hidangan yang wajib pada saat tradisi megengan karena kue apem tersebut mempunyai makna simbol yang sederhana dengan bahan yang tentunya sederhana juga. Kue apem sendiri mempunyai istilah yang berasal dari bahasa Arab yakni, Afuan/Afuwwun yang mempunyai arti yaitu "Ampun". Sehingga, orang-orang muslim berdarah jawa menyederhanakan nama dari 'Afuan/Afuwwun' tersebut menjadi "Apem". Sejarah menjelaskan tentang kue apem yaitu bermula dari Ki Ageng Gribig yang merupakan keturunan Prabu Brawijaya kembali dari perjalanan ke tanah suci dengan membawa kue Apem. Kue ini kemudian dibagikan ke masyarakat dan akhirnya menjadi budaya dan kebiasaan hingga saat ini pada orang muslim berdarah jawa, dengan mempercayai bahwasanya kue apem sebagai makanan atau jajanan yang berfungsi sebagai tolak bala dan memohon ampun.

Di Desa Depok sendiri, sebelum menjalakan tradisi megengan, juga terdapat tradisi yang selalu dijalankan yaitu tradisi ziarah kubur yang dilakukan dengan mengadopsi keyakinan sebagai bentuk memberikan penghormatan terhadap leluhur atau nenek moyang. Tradisi ziarah kubur adalah momen yang dianggap sebagai salah satu bentuk ibadah dan merupakan media yang digunakan untuk bersilaturahmi antara orang yang masih hidup dengan orang-orang yang sudah meninggal. Tradisi ziarah kubur juga merupakan bentuk bakti seorang anak terhadap orang tua atau kerabat yang sudah meninggal atau sudah tiada, yang dilakukan dengan cara mendoakan sembari membersihakan dan menaburkan bunga pada makam. Banyak manfaat atau hikmah yang dapat diambil dari tradisi ziarah kubur, sebagaimana hadist menjelaskan yaitu Dari Buraidah, ia berkata Rasulullah SAW bersabda "Saya pernah melarang kamu berziarah kubur. Tapi sekarang Muhammad telah diberi izin untuk berziarah ke makam ibunya. Maka sekarang berziarahlah! Karena perbuatan itu dapat mengingatkan kamu pada akhirat".

Dari tradisi yang dilakukan guna menyambut datangnya bulan suci ramadhan mulai dari tahlil, istighasah, dzikir dan doa bersama, makan bersama yang terdapat didalam tradisi megengan, serta adanya tradisi ziarah kubur yang dilakukan sebelum dilakukannya tradisi megengan, semuanya secara umum memuat hal-hal baik yang memang dianjurkan oleh agama Islam sebagai wujud kebahagiaan dalam rangka menyambut gembira bulan suci Ramadhan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline