Lihat ke Halaman Asli

Media Sosial Dalam Dinamika Politik di Indonesia

Diperbarui: 7 Januari 2022   13:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

            Media sosial merupakan platform yang memungkinkan pengguna untuk merepresentasikan dirinya dengan berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan menggunakan Internet secara virtual untuk membentuk koneksi sosial.  Sebagai bentuk media baru, media sosial telah berkomitmen untuk menampung interaksi sosial, termasuk didalamnya terdapat blog, Facebook, Instagram, Twitter, Wikipedia, dll. Pada dasarnya media sosial merupakan produk pengembangan terbaru dari teknologi berbasis internet, perkembangan teknologi ini memudahkan setiap individu untuk melakkukan proses komunikasi, partisipasi, dan membentuk jaringan secara online sehingga individu dapat menyebarkan konten komunikasinya. 

             Penggunaan media sosial dalam struktur politik yang melekat pada elite cenderung untuk memenuhi kesenangan semata terhadap informasi tentang lawan politiknya, melampiaskan dendam politik, membangun konflik, meminimalisir konflik, mencari dukungan massa untuk meraih atau mempertahankan jabatan publik, pencitraan, dan perilaku lain yang bernuansa kepada kepentingan politik. Informasi dan pesan yang disebarkan tersebut sebagai respon terhadap pemberitaan positif maupun negatif, bisa tidak sesuai kenyataan, penuh rekayasa ataupun tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. 

             Media sosial pada level massa sebagai basis suara kelompok politik, dipakai sebagai alat untuk mencari informasi yang dapat memenuhi kebutuhan yang bersifat positif, seperti memberikan pembelajaran, pemahaman luas terhadap kehidupan bernegara dan menyuarakan harapan untuk kehidupan yang lebih baik. Media sosial memiliki sisi lain yang dipakai untuk mencari informasi yang bersifat negatif terhadap individu maupun kelompok yang tidak disukai, misalnya pesan yang memanaskan pertikaian antar kelompok, kebencian terhadap mereka yang tidak disukai, dan mengunggulkan kelompoknya. 

              Menurut saya, untuk mengarah pada pembentukan sistem demokrasi yang matang dengan sistem politik yang baik, maka harus ada dua aspek yang diperhatikan disamping demokrasi dan politik itu sendiri yaitu aspek globalisasi dan aspek media. Aspek pertama melibatkan pada proses penyebaran model demokrasi dan politik ke seluruh bagian negara di dunia. Aspek kedua meletakkan pada peran media sosial dalam proses komunikasi politik antara pembuat keputusan dan masyarakat atau pemilih. Media sosial memainkan peran yang penting dalam komunikasi politik khususnya dalam aktivitas politik politisi. Penggunaan media sosial bagi para pasangan calon walikota memang tidak sebanyak yang ditemukan sebagaimana penggunaan media sosial di tingkat nasional yaitu pemilihan presiden dan anggota DPR-RI. Pada kasus di Jakarta, peran media sosial lebih dominan sebagai alat komunikasi politik. Disini, media dianggap sebagai salah satu kekuatan dalam proses pendidikan pemilih pemula oleh pasangan kandidat. Sehingga fungsi media adalah memberikan pemahaman politik dan alat penyampai program kepada para pemilih tersebut. Disinilah pemilih memainkan peran penting dalam proses dialogis tersebut dalam sistem Demokrasi melalui penggunaan media sosial.

            Demikian juga dalam berkomunikasi di media sosial, meskipun media sosial sebagai media pergaulan yang lebih bebas, tapi dengan dimilikinya kesadaran berbahasa yang baik, mereka tidak terpancing mengeluarkan kata-kata yang jorok, kasar, cabul,dan menjengkelkan.

             Pesan-pesan politik yang disampaikan seorang kandidat melalui media sosial dapat memberikan pengaruh kepada khalayak. Tingkat pengaruh kepada setiap individu adalah berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Pengaruh pesan-pesan politik tersebut boleh jadi menimbulkan sikap yang politik positif atau negatif masyarakat. Sikap positif adalah dengan mengikuti apa yang diinginkan oleh komunikator politik. Sedangkan sikap negatif adalah mengabaikan keinginan para kandidat. Tidak hanya itu, masyarakat juga dapat memberikan sikap yang berlawanan terhadap apa yang disampaikan oleh seorang komunikator politik. Dengan demikian, pengaruh pesan-pesan politik melalui media sosial kepada khalayak adalah ditentukan oleh sejauh mana seorang kandidat atau komunikator politiknya dapat merangkum proses penyampaian pesan dengan baik dan efektif. Apabila proses penyampaian pesan tersebut tidak sesuai dengan harapan masyarakat, maka hasilnya mungkin saja tidak sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline