Lihat ke Halaman Asli

Wulan Nuroktavia

Wulan Nur Oktaviani

Kritik Sastra Secangkir Kopi Sekental Rindu

Diperbarui: 7 Desember 2020   20:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

SECANGKIR KOPI SEKENTAL RINDU
M.Zamiel EL-Muttaqien
Ketika kau serupa rindu
Kuhirup ruap kopi senikmat harum tubuhmu
Seteguk kafein sekental ludahmu
Deraskan darahku disungai  sungai waktu
   Jantung berdegup kencang
Memompa badai dari lubuk lautan
Tempat paling tenang mengendapkan kenangan
Serbuk kenangan teraduk jadi mimpi
Sepekat dan sepahit kopi tenggelam aku
Bagai tersesat  dalam lebat gerai rambutmu
Mengurai hitam semesta melupa segala warna
Sampai terbit inti  cahaya diufuk jiwa
Dari mana hari dan hasrat bermula memancar
Seterang senyummu yang menyala nyala
Dan karna kau serupa rindu
Kala didasar cangkir tinggal ampas kelam membeku
Yang tersisa tetap saja ingin
Meregukmu tak dingin dingin
2003-2005

Kritik Sastra
Puisi  : SECANGKIR KOPI SEKENTAL RINDU
Karya : M.Zamiel EL-Muttaqien
1.      Tema
Tema yang terdapat dalam puisi ini adalah roman.
2.      Latar/setting
Terjadi pada siang hari.
3.      Tokoh
Terdapat dua tokoh dalam puisi ini, yakni tokoh utama dan tokoh figuratif.Tokoh utamanya adalah aku , sedangkan tokoh kau seorang yang selalu aku rindukan.
4.      Rima
Menggunakan rima bebas.
5.      Citraan
Puisi ini menggunakan citraan perabaan .
6.      Sajak
Sajak dalam puisi ini adalah sajak bebas.

Tahap evaluasi
1.      Puisi ini tidak sekedar sebuah imajinasi penyair tetapi lebih mengangkat sebuah realita sosial.
2.      Kata-katanya familiar namun membutuhkan kontemplasi yang mendalam. Artinya, pembaca seolah-olah diajak untuk merenungi tragedi yang terjadi saat itu.
3.      Diksi yang dipilih oleh Taufik Ismail sangat unik dan lebih condong ke makna konotasinya.
4.      Puisi ini lebih bersifat sugestif (bahasa yang menyaran dan memengaruhi pikiran pembaca) dan juga bersifat asosiatif (mampu membangkitkan pikiran dan perasaan).
Adapun kelemahan yang terdapat di dalam puisi tersebut adalah jika dilihat sekilas, kita akan melihat setiap kata maupun kalimat pada tiap barisnya adalah kata atau kalimat yang sangat dekat dengan kita. Namun, jika dilihat lebih rinci kita akan cukup merasakan kesulitan dalam mengartikan karena di dalamnya menggunakan kata-kata berkonotasi yang cukup rumit apalagi jika tidak mengetahui latar belakang ditulisnya puisi ini.
 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline