Lihat ke Halaman Asli

WULAN KRISDIANSARI

Economic Development undergraduate student at Universitas Negeri Malang (UM)

Green Bond sebagai Salah Satu Pembiayaan Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan

Diperbarui: 19 Oktober 2023   23:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Foto oleh Anna Nekrashevich: https://www.pexels.com/

Pembangunan ekonomi berkelanjutan telah digalakkan dalam beberapa tahun kebelakang oleh berbagai pihak. Hal ini merupakan pendekatan yang menyelaraskan pertumbuhan ekonomi dengan keberlanjutan sosial dan perlindungan ekonomi. Pada pelaksanaannya tentu Pembangunan ekonomi berkelanjutan membutuhkan biaya agar dapat terealisasi. Salah satu instrumen pembangunan ekonomi berkelanjutan adalah green bond.

Berdasarkan SAL OJK, green bond merupakan efek bersifat utang berwawasan lingkungan. Maksudnya, dana hasil penerbitan dari efek ini membiayai sebagian atau seluruh kegiatan usaha berwawasan lingkungan. Definisi lain mengatakan bahwa green bond merupakan sekuritas pendapatan tetap yang mewakili pinjaman untuk bank, perusahan, dan badan pemerintah dalam membiayai suatu proyek yang berdampak positif bagi lingkungan. Green bond ini telah diimplementasikan pada banyak negara, contohnya Tiongkok, Brazil, Jepang, Kanada, Maroko, Uni Eropa, dan Indonesia sebab memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut.

  • Membantu Perusahaan dan pemerintah utnuk memenuhi komitmen terhadap SDGs
  • Mampu menarik minat investor yang peduli terhadap lingkungan. Masyarakat yang kian hari kian melek adanya isu lingkungan yang harus dijaga menjadi faktor pendukung hal tersebut.
  • Melalui pembiayaan green bond maka dapat meningkatkan pula pembangunan berbasis ramah lingkungan.

Prinsip dasar dalam penerbitan obligasi berkelanjutan, seperti green bond selaras dengan 4 komponen inti dalam GBP dan SBP. Menurut riset Unitied Nasions Development Programme (UNDP), Secara spesifik, green bond dapat memobilisasi sumber daya dari pasar modal domestik dan internasional untuk penanganan perubahan iklim (SDG 13), energi bersih dan terjangkau (SDG 7), ekosistem lautan (SDG 14) serta ekosistem daratan (SDG 15). Penerbitan green bond juga pada akhirnya akan mendukung, antara lain, peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (SDG 3), peningkatan akses air bersih dan sanitasi (SDG 6), serta pembentukan kota dan komunitas yang berkelanjutan (SDG 11) dan tujuan pembangunan berkelanjutan lainnya. Keterkaitan ini menunjukkan bahwa instrumen green bond berkontribusi besar terhadap pencapaian sebagian besar tujuan dalam SDGs.

Sedangkan berdasarkan riset UNDP mengenai dampak dari penerbitan freen sukuk ritel yang menghasilkan diantaranya:

  • Investasi pada green sukuk ritel merupakan bentuk kontribusi masyarakat kepada negara dan mendukung implementasi Paris Agreement dan SDGs
  • Green sukuk ritel memberikan dampak pengurangan emisi rumah kaca dan pelestarian lingkungan
  • Green sukuk ritel dapat berkontribusi kepada peningkatan pendapatan fiskal negara dengan mewujudkan cita-cita kemandirian dalam pembiayaan pembangunan
  • Adanya green sukuk ritel yang diterbitkan pemerintah dapat menjadi acuan dan inspirasi penerbitan green sukuk lainnya yang diterbitkan oleh korporasi atau daerah

Pada Desember tahun 2020 melalui data yang dihimpun oleh OJK  terdapat 14 produk reksadana dan ETF berbasis ESG dengan nilai Kelola (asset under management/AUM) mencapai 3,062 triliun). Oleh karena itu, green bond memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu instrumen pembiayaan utama untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan di Indonesia. Hal ini didukung oleh komitmen pemerintah Indonesia untuk mencapai target net-zero emissions pada tahun 2060 atau lebih cepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline