Semakin miris mendengar bahwa penyakit nomor satu di Indonesia sepuluh tahun ke depan akan ditempati oleh penyakit jiwa, bukan penyakit berat seperti kanker ataupun sebagainya. Yak kini di berbagai media sudah banyak menyebutkan bahwa penyakit jiwa ini dipicu oleh berbagai jenis depresi. Bahkan tak hanya masyarakat biasa yang terimbas oleh penyakit ini, para politisi elit pun bisa menjadi sasarannya. Disebutkan pula bahwa koruptor yang merajalela kini rupanya mengidap penyakit jiwa. Wowww sekali ya. Indonesia tampaknya butuh psikolog dan psikiater yang lebih banyak lagi untuk mampu menyembuhkan dampak dari depresi ini. Mengingat jumlah psikolog di Indonesia masih terbatas. Tak hanya psikolog, rumah sakit jiwa di Indonesia pun masih belum tersebar secara merata. Masih ada di beberapa titik kota yang belum memiliki RSJ. Sehingga hal ini menjadi PR untuk menghadapi ancaman yang akan terjadi sepuluh atau dua puluh tahun ke depan. Kalau begini, sepertinya profesi sebagai psikolog ataupun psikiater menjadi profesi yang sangat menjanjikan untuk Indonesia ke depannya. Apalagi Indonesia kini sering kali menyelenggarakan pilkada. Para calon rupanya harus siap-siap menjalani tes kejiwaan yaa hehe.
Dapat dilihat saja kini permasalahan sosial semakin kompleks. Rupanya tak hanya sosial, permasalahan ekonomi pun bisa menjadi pemicu yang paling dominan dalam rumah tangga. Kompleksitas ini yang harus dikendalikan untuk meredam depresi yang akan muncul. Kalau di Indonesia tak bisa mengendalikan hal ini. Maka bersiaplah untuk sepuluh-dua puluh ke depan akan bermunculan orang gila-orang gila baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H