Lihat ke Halaman Asli

Wulan Dibrata

pelajar sekolah

Air Bah Kota Metropolitan

Diperbarui: 18 Mei 2023   12:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://axa.co.id/-/5-fakta-unik-kota-jakarta-yang-jarang-diketahui

Jakarta, atau secara resmi bernama Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah ibu kota negara dan kota terbesar di Indonesia. Menurut sistem pembagian administratif Indonesia, Jakarta merupakan provinsi dengan status daerah khusus. Sementara menurut pengertian secara umum, Jakarta merupakan kota metropolitan. 

https://jakarta.bpk.go.id/peta-wilayah-jakarta/

Provinsi DKI Jakarta mempunyai luas daratan 661,52 km2 dan lautan seluas 6.977,5 km2 serta tercatat 110 pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu. Jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta 9,041 juta jiwa dengan kepadatan penduduk 13.667,01 jiwa per km2. Jakarta beriklim tropis, dengan suhu tahunan rata-rata 27C dengan kelembaban 80-90%. Provinsi DKI Jakarta terletak disebelah Selatan Laut Jawa ; sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten/Kota Bekasi ; sebelah Selatan dengan Kabupaten/Kota Bogor dan Depok serta sebelah Barat dengan Kabupaten/Kota Tangerang.

Dapat kita ketahui bahwa Jakarta merupakan kota yang sangat sering terjadi bencana alam banjir. Secara geografis, DKI Jakarta merupakan dataran rendah yang berada di antara hulu sungai dan pesisir dan pernyataan tersebut mungkin dapat menjadi salah satu pendukung penyebab sering terjadinya banjir di Jakarta. Di sisi itu juga terdapat beberapa pernyataan dari beberapa artikel lainnya, bahwa menurut Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK,2019) ada tiga faktor utama yang kerap dianggap sebagai penyebab banjir di Jakarta :

1. Curah hujan ekstrem 

Tren curah hujan ekstrem dengan intensitas tinggi dan durasi singkat semakin sering terjadi. Curah hujan ekstrem adalah dampak nyata dari krisis iklim.

2. Perubahan tutupan lahan

Analisis data tutupan lahan KLHK tahun 2000 dan 2019 menunjukkan peningkatan luas hutan tanaman hingga 117.7% di kawasan hulu sungai yang mengalir menuju Jakarta, menggantikan dominasi lahan pertanian. Luas permukiman juga tumbuh pesat hingga 47.4%, menggantikan lahan pertanian dan ruang terbuka hijau di kawasan tengah dan hilir. Di Jakarta sendiri, luas ruang terbuka hijau hanya 9.8% di tahun 2019. Hal ini meningkatkan peluang meluapnya sungai dan jaringan drainase akibat besarnya air limpasan permukaan (runoff), belum lagi ancaman sedimentasi di sungai akibat laju erosi yang besar di kawasan hulu.

3. Penurunan permukaan tanah 

Penurunan permukaan tanah Jakarta mencapai rata-rata 12 cm/tahun, dan terjadi dengan lebih ekstrem di bagian pesisir utara Jakarta dengan laju penurunan hingga 25cm/tahun. Menurut Takagi et al. (2015), hingga tahun 2050 diproyeksikan luasan banjir akibat penurunan tanah bertambah hingga 110.5 km2, setara dengan 75% luas wilayah Jakarta Utara. Beban bangunan di permukaan dan ekstraksi air tanah berlebih turut mempercepat laju penurunan tanah. Saat ini masih ada 35% warga Jakarta yang menggunakan air tanah untuk kebutuhan harian. Akibatnya, tinggi muka air tanah di Jakarta semakin dangkal dan kapasitas simpan air menjadi lebih rendah.

Disamping itu, kita tidak bisa hanya menyalahkan curah hujan yang tinggi karena manusia juga ikut bertanggung jawab terhadap bencana tersebut. Oleh sebab itu, masyarakat sekitar juga memiliki beberapa peran sebagai penyebab terjadinya banjir, di antaranya :

1. Jakarta Kehilangan Daerah Resapan Air
Salah satu penyebab banjir di Jakarta yang pertama yaitu padatnya penduduk sehingga memerlukan lahan lebih untuk digunakan sebagai tempat tinggal. Inilah yang membuat Jakarta mulai kehilangan lahan sebagai resapan air.
Selain itu, sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian di Indonesia pembangunan terus dilakukan setiap saat hingga saat ini.
2. Masyarakat Membuang Sampah Tidak pada Tempatnya
Penyebab banjir selanjutnya ada di tangan manusia. Selain dari faktor pembangunan yang terus dilakukan, ketidaksadaran manusia dalam menjaga lingkungan. Salah satunya yaitu kebiasaan membuang sampah sembarangan atau di sungai yang dapat mengurangi kemampuan sungai dalam menampung debit air saat musim hujan.
Jika hal ini terus dilakukan, banjir akan terus menerus terjadi di ibukota. Oleh sebab itu, Anda perlu ikut andil dalam membenahi kota dari hal-hal kecil seperti membiasakan diri untuk membuang sampah pada tempat seharusnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline