Lihat ke Halaman Asli

Dampak Covid-19 Terhadap pembelajaran siswa SD dan Orang Tua Siswa

Diperbarui: 3 Agustus 2021   05:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandemi COVID-19 sangat mengejutkan masyarakat di seluruh dunia karena memberi perubahan secara tiba-tiba pada keseharian individu dan aktivitas masyarakat, yang akhirnya membawa dampak perubahan luar biasa dalam berbagai bidang. 

Salah satu dampaknya yaitu dalam bidang pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 yang berisi tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19). 

Dengan demikian, Sekitar 7,5 juta mahasiswa dan hampir 45 juta pelajar sekolah dasar dan menengah "dipaksa" melakukan pembelajaran dari rumah dikarenakan kampus dan sekolah ditutup untuk sementara. (Oktavian Riskey dan Aldya Riantina Fitra, 2020 : 16)

Pembelajaran dari rumah membuat pelajar, tenaga pengajar, dan orang tua merasa keberatan. Semua lini masyarakat dipaksa untuk bertransformasi dan beradaptasi dalam kondisi pandemi ini. Hal ini tentu bukanlah hal yang mudah, karena belum sepenuhnya siap meskipun sebenarnya, model pembelajaran di rumah dan di sekolah bisa dikatakan relatif sama tujuannya jika dalam keadaan normal. Mungkin yang membedakan adalah sarana dan prasarana yang digunakan. Pembelajaran secara daring, menyisakan berbagai dampak.

1. Materi yang didapat hanya sedikit.
Salah satu dampak negatifnya yaitu materi yang didapat tidak sebanding dengan pembelajaran yang dilakukan saat tatap muka di sekolah, karena banyak materi pelajaran yang belum selesai disampaikan oleh pendidik, kemudian pendidik langsung mengganti menuju materi lain. Hal ini menjadi keluhan bagi pelajar karena pelajaran yang di dapat tidak sepenuhnya dipahami.

2. Akses Informasi Pelajar Luar Daerah terkendala Sinyal
Dampak negatif lain dari adanya sistem pembelajaran secara daring ini adalah akses informasi pelajar yang tinggal di daerah. Mereka terkendala oleh sinyal yang menyebabkan lambatnya dalam mengakses informasi. Mereka harus bertahan dengan kondisi serba keterbatasan. Tak punya alasan, pelajar daerah harus tetap aktif dalam pembelajaran demi memenuhi standar penilaian yang telah ditetapkan.

3. Kurang Efektifnya Program Pemerintah mengenai tayangan Belajar dari Rumah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, telah menginisiasi program Belajar dari Rumah yang ditayangkan di TVRI. 

Program Belajar dari Rumah mulai tayang di TVRI sejak 13 April 2020, dimulai dari pukul 08.00. TVRI, yang selama ini menjadi media satu arah dalam menyampaikan informasi publik, menjadi solusi yang inovatif ketika dimanfaatkan menjadi sumber informasi dan sumber edukasi bagi dunia pendidikan, terutama mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan menengah. 

Pelaksanaan program ini merupakan kelanjutan dari langkah Kemdikbud menyediakan sarana yang bisa dipakai oleh para pelajar untuk melaksanakan "Belajar dari Rumah" selama pandemi Covid-19. 

Program Belajar dari Rumah di TVRI itu sebagai bentuk upaya Kemdikbud membantu terselenggaranya pendidikan bagi semua kalangan di masa darurat Covid-19. 

Khususnya membantu masyarakat yang memiliki keterbatasan pada akses internet, secara ekonomi maupun letak geografis. Namun demikian, efektivitas dari program ini tentunya tidak bisa disetarakan dengan interaksi pembelajaran secara langsung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline