Anak perempuanmu jatuh lagi, anakmu lelah lagi, anakmu untuk kesekian kalinya gagal lagi
Katanya ada yang membuatnya sakit tapi bukan tubuhnya. Ayah, bolehkah aku cerita sekarang? Aku ingin pulang
Aku rindu meja makan sederhana kita, tangga dekat pintu yang sering kita duduki sambil makan gorengan
Ayah, kali ini aku benar-benar menyerah, maaf kalau aku sangat merindukanmu
Maaf untuk air mata yang jatuh, sesak tangisku semalam adalah bukti aku tidak tahu harus apa
Ayah, anakmu sedang tidak baik-baik saja di kota ini, tertatih, berulang kali gagal, dan hari ini anakmu jatuh lagi
Ayah, begitu banyak rindu yang masih kusimpan dalam diam, tak ada lagi pangkuan dan pelukan, aku iri dengan mereka yang mudah untuk bertemu Ayahnya, sedang aku tidak bisa. Kalau Ayah ada disini banyak hal yang anak perempuanmu ini ceritakan, tapi apakah Ayah menerima kalau aku banyak gagalnya? Aku tak mungkin menceritakannya, aku tau mana senyuman bangga dan mana senyuman yang dibuat untuk menenangkan.
Andai saja Ayah tau, aku masih berteriak dan menangis sejadi-jadinya di balik bantal, tapi Ayah, sesungghunya aku ingin mengeluh dan menangis di pangkuanmu, sehangat seperti Ibu dan Ayah saat pertama kali punya aku
Ayah, maaf dewasa ini banyak yang tidak sesuai, maaf juga aku banyak nangisnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H