Aku bersandar pada tiang-tiang ranjang
Larik-larikku berhenti pada hujan yang tak ingin ku kenang
Setelah seluet putaran memori yang bersarang
Untuk sekian kalinya, aku hanya merapalmu dalam bayang-bayang.
Aku menahan kesunyian di tengah kidung yang hujan gumamkan
Dingin yang meronggoki tubuhku tak dapat ku elakkan
Ku usap-usapkan tangan berharap kehangatan
Sembari menanti bayangmu di ujung jalan yang terlewatkan.
Diksi-diksi ini terdengar patah-patah
Apalah daya batinku menahan perih yang membuncah
Jangan bicara batin, ragaku ini butuh jeda untuk pulih
Dari Engkau yang pergi, untuk dia yang kau pilih.
Aku menarik selimut
Membiarkan tetes-tetes air berirama di telingaku
Biarkan juga pisah berisi kenangan
Meski terus tertusuk senyuman.
Padang, 21-10-2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H