Oleh : Kelompok 4 (KPI VI A)
Matakuliah : Sistem Komunikasi Indonesia
Prodi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu
Mei, 2020.
=========================================================
Dalam pembahasan materi ini terdapat tiga point yang menjadi pokok pembahasan,
yakni :
A. Retorika Politik
B. Gerilya Politik dibalik Isu-isu Kemanusiaan
C. Film Nasional dan Tayangan Youtube
Dalam literasi yang dibaca tersampaikan bahwa sistem komunikasi Indonesia merupakan bagian-bagian yang saling berinteraksi yang tujuan akhirnya untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia dalam bingkai NKRI, baik pemerintah maupun media komunikasi
mainstream utamanya.
Nurudin membagi sistem komunikasi Indonesia menjadi tiga bagian :
1. Segi wilayah geografis; sistem komunikasi bisa dibagi menjadi dua. Sistem komunikasi di perdesaan dan diperkotaan.
2. Media yang digunakan; ada sistem media cetak, elektronik dan lain-lainnya.
3. Pola komunikasinya; komunikasi dengan diri sendiri, antar pribadi, kelompok dan sistem komunikasi massa.
Dari kaitannya bahwa sistem komunikasi berkaitan dengan media massa, pemimpin dan politik. Untuk itu kita akan mengetahuinya dalam pembahasan dimateri kali ini.
a. Retorika Politik
Retorika. Seni berbicara atau yang lebih dikenal sebagai salah satu contohnya yakni “pidato”, sebab retorika adalah pers yang sifatnya tidak tertulis tetapi dipidatokan.
Banyak definisi para ahli terkait dengan retorika politik. Kami ambil salah satu definisi dari Onong Uchyana Efendi yang mengatakan “Retorika politik/propaganda politik ialah komunikasi yang dilakukan secara berencana, sistematis dan berulang-ulang untuk mempengaruhi seseorang/khlayak/bangsa agar melaksanakan kegiatan tertentu dengan kesadaran tanpa paksa untuk kepentingan politik.
Contonya, pas waktu 2019 lalu pada pilpres. Ada diluncurkannya pernyataan politik #2019GantiPresiden oleh politisi partai keadilan sejahtera
(PKS) Mardani Ali Sera. Sebagai contoh lainnya retorika politik menurut Aristoteles adalah seni menipulatif atau teknik persuasi politik bersifat transaksional dengan menggunakan lambang untuk mengindentifikasi pembicara dengan pendengar pidato. Contohnya, julukan “Singa Podium” untuk Ir. Soekarno, dan julukan “PakEsBeye” untuk Presiden ke-6 Indonesia.