Lihat ke Halaman Asli

Si Patonah

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Bau tubuhnya sudah menyengat sampai beberapa meter jauhnya. Rambutnya yang diikat

menggunakan sisa-sisa kain seadanya terlihat sangat kumal, mungkin sudah tak dikeramas dalam

beberapa hari ini. Di kakinya, lumpur kecoklatan yang melengket sudah kering sebelum sempat tersiram

air.  Maklum beberapa hari ini cuaca sedang tak menentu di kota Kendari, kadang hujan deras

berjaam-jam, kadang juga tiba-tiba panas datang sangat menyengat. Tak pelak, jalanan becek dan

berlumpur. Bahkan sebagian jalanan masih ada yang terendam banjir.
Aku sangat bosan dengan cuaca seperti ini. Dan kukira, semua orang juga tak suka dengan

keadaan yang seperti ini. Kecuali, ya kecuali pengantin baru tentunya. Jika aku saja tak suka dengan hal

ini, apalagi bagi perempuan itu yang pekerjaan keseharianya menjual jamu keliling, tentu cuaca yang

tak bersahabat ini sangat tak nyaman untuknya. Bahkan akan menghalanginya untuk mendapatkan

rejeki yang lebih banyak. Aku kasihan melihatnya. Ia harus berkeliling kota menjajakan segelas demi

segelas jamu pada masyarakat. Padahal warga di jarang yang hobi minum jamu. Ritual itu hanya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline