Lihat ke Halaman Asli

Negeri Para Bedebah

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Itulah salah satu kalimat yang sedikit lebih baik untuk sebuah bangsa yang akan hancur. Bukan mendo'akan tetapi ini kenyataan. Indonesia adalah negeri kita semua. Tetapi melihat kenyataan menyedihkan setiap hari. Hati kita serasa tersayat sembilu dari api yang sedang membara. Belum usai predikat Negara terkorup se-Asia Pasifik. Negeri kita dikejutkan dengan adegan tak senonoh yang dilakukan oleh para artis kita. Bayangkan saja, jika artis yang selama ini kita kenal baik harus menjadi bulan-bulanan media masa akibat adegan itu. Walau hal ini juga tak terlepas dari persaingan yang cukup ketat di antara sesama pekerja entertainment untuk saling menjatuhkan, tetapi terlepas dari semua itu video ini tetap sebuah pencemaran yang sangat buruk.

Menurut beberapa sumber, Negara Indonesia termasuk peringkat dunia bagi surga pornografi. Hebat memang. Prestasi di bidang pornografi yang cukup memuakkan siapa saja yang masih berpikir jernih. Mungkin Ariel atau Luna Maya telah melakukan terror asusila terbesar di negeri ini. Secara terang-terangan lagi, apa kita tidak malu dengan berita seperti itu. Seharusnya sebuah bangsa yang terhormat tahu bagaimana menyayangi dirinya sendiri. selain berita seperti itu tentang artis, sebenarnya banyak juga perbuatan seperti ini yang dilakukan oleh para pejabat-pejabat Negara.

KKN juga menjadi pemicu kemerosotan bangsa ini. Lembaga pendidikan hanya menjadi pencetak kader calon pencuri. Bukan membentuk budi pekerti luhur seperti yang dikatakan oleh seorang ahli pendidikan di Inggris. Pendidikan sekarang adalah lahan bisnis yang mampu menarik minat para penanam modal hingga ke daerah-daerah. Bukankah ini namanya pembodohan. Begitu banyak kasus korupsi yang berhubungan dengan biaya pendidikan yang terus mengalami penyusutan. Ini bukan masalah penyusutan di program nasional. Melainkan penyusutan yang terjadi karena pemotongan besar-besaran saat dana itu akan dialirkan ke tujuannya. Maka dibuatlah proposal-propsal siluman dengan dalih untuk meningkatkan kemajuan pendidikan. Pendidikan kita yang sekarang bukanlah yang dicita-citakan oleh Ki Hadjar Diwantoro di masa lalu dengan semboyan "Tut Wuri Handayani". Perjuangan belum selesai. Indonesia belum merdeka sepenuhnya.

Negeri yang kaya akan hasil alam. Tetapi yang terjadi bukan hanya kemiskinan, bahkan lebih buruk dari itu, bernama pemiskinan. Penghasil emas nomor 2 dunia setelah Afrika Selatan ternyata digadaikan kepada orang asing demi keuntungan pribadi di zaman Orde Baru. Sebuah rezim yang baru saja runtuh sekitar 10 tahun yang lalu. Orde yang banyak merampas kekayaan Negara. Hal ini juga diungkapkan seorang pengarang karya fiksi kenamaan, K. Usman, dalam sebuah kumpulan puisinya yang berjudul Mei Hwa (Wanita di Seberang Sana). Pertambangan baja kita juga tidak ketinggalan, dikuasai oleh inverstor dari eropa.

Satu hal lagi yang paling memprihatinkan adalah semua manusia Indonesia yang memiliki kecerdasan lebih justru diambil oleh orang-orang luar atau Negara-negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan rekan-rekannya. Kemampuan mereka dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi Negara tersebut yang kemudian hasilnya dijual kepada bangsa Indonesia sendiri dengan harga yang tidak sedikit.

Bagaimana mungkin negeri kita bisa maju jika orang yang cerdas sudah tidak ada, kumpul kebo atau hubungan tanpa nikah lebih halal ketimbang nikah siri yang lebih lengkap persyaratannya. Korupsi lebih popular ketimbang bersedekah. Orang kreatif justru disudutkan. Orang kayalah yang lebih dibanggakan. Jika anda hidup di negeri ini tanpa kekayaan maka anda sama saja dengan manusia tanpa penghargaan. Uanglah penentu kebahagiaan di negerti ini. Dan itu semakin tampak dengan bobroknya moral. Bangsa yang suatu saat akan hilang dari peta dunia jika tidak kita perjuangkan. Pemerintah hanyalah aparat penyelenggara Negara yang akan menjadi penunggang kekayaan Negara. Pekerjaan belum selesai, PR semakin menumpuk bagi kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline