Lihat ke Halaman Asli

Diskusi Mahasiswa se-Jakarta

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Upaya Meng"empowering" Peran dan Posisi Mahasiswa

Pada tanggal 24 Februari 2011 kemarin, Universitas Prof. Dr. Moestopo (B) telah menyelenggarakan diskusi mahasiswa se-jakarta dengan tema "Diskusi Ideologis, Nasionalisme vs Liberalismee, Menuju Indonesia yang Berdaulat" sebagai langkah awal pra-pertemuan mahasiswa se-nusantara. Dalam diskusi tersebut didatangkan empat tokoh yang telah berpengalaman dalam kegiatan mahasiswa. Keempat tokoh tersebut adalah Bang Usmar Ismail, Bang Ton, Bang Parlindungan dan Bang Muh. Qozim Amirullah.

Pada permulaan diskusi Bang Usmar menyampaikan bahwa nasionalisme merupakan suatu paham di mana kita lebih mendahulukan kepentingan nasional dibanding kepentingan golongan dan individu. Dalam membangun negara dan bangsa Indonesia ini, beliau mengungkapkan bahwa Soekarno menerapkan kemandirian ekonomi, budaya dan ideologis. Kemandirian ideologis merupakan salah satu hal yang paling penting karena tanpa adanya ideologis maka kita akan berjiwa apatis atau oportunis. Jelas hal yang demikian bukanlah hal yang menguntungkan untuk mengembangkan jiwa nasionalis, apalagi bagi para mahasiswa. Di akhir paparan materinya ia berpesan bahwa yang diperlukan untuk menjadi aktivis mahasiswa adalah ilmu dan pengetahuan, kepribadian serta moral sebagai landasan atas tindakan yang mereka lakukan.

Selanjutnya Bang Ton, memaparkan pandangannya mengenai nasionalisme. Dilihat dari istilahnya, Ia mengungkapkan bahwa isme merupakan suatu paham, gagasan dari tingkatan teori hingga operasionalisasi. Sedangkan nasionalisme adalah bagaimana kita memandang bangsa Indonesia dengan segala unsur yang ada di dalamnya untuk dioperasionalisasikan. Menurutnya ada tiga landasan yang bisa menjadi acuan bagi operasionalisasi negara dan bangsa Indonesia adalah teks Proklamasi 17 Agustus 1945, Pancasila dan UUD 1945.

Menurutnya yang menjadi permasalahan bangsa Indonesia saat ini adalah yang pertama, Indonesia menerapkan konsep nasionalisme dalam tataran teori tetapi menggunakan konsep liberalisme dalam tataran operasionalisasinya. Sehingga, tidak terjadi sinkronisasi antara teori dan praktik. Kedua, masalah korupsi merupakan masalah yang menggerogoti bangsa Indonesia dari dalam. Arus investasi dan hutang luar negeri merupakan salah satu konsep liberalisme yang menggerogoti sendi-sendi perekonomian bangsa Indonesia. Terlalu banyak sumber daya alam Indonesia yang dimobilisasi ke luar negeri tanpa timbale balik yang sesuai bagi rakyat Indonesia.

Bang Parlindungan kemudian berujar bahwa kebanyakan mahasiswa sekarang bersikap apatis. Entah apakah kondisi dan sikap apatis tersebut dengan sengaja dikondisikan oleh kampus atau negara? Terlebih lagi dengan kondisi ekonomi rakyat Indonesia yang serba sulit sehingga menimbulkan sifat yang konspiratif bagi mahasiswa. Para mahasiswa ini hanya memikirkan untung dan rugi dari tindakan yang akan mereka lakukan.

Jika membahas mengenai ekonomi Indonesia saat ini yang bersifat liberal, sesungguhnya jika menilik kembali sejarah terdahulu Indonesia di mana Moh. Hatta, salah seorang founding father Indonesia, telah menerapkan sistem ekonomi terpimpin yang dasarnya mengarah pada konsep ekonomi neo-liberal. Namun, ia mengimplementasikan sistem ekonomi tersebut dalam wadah koperasi. Yang mana koperasi tersebut dijalankna untuk kepentingan masyarakat dan tidak memihak pada kepentingan pribadi maupun golongan. Dan pada saat ini SBY lebih menekankan pada system ekonomi jalan tengah di mana sistem tersebut bertujuan untuk mensejahterakan rakyat namun tidak menutup arus investasi asing masuk ke dalam negeri hanya saja hasil konkret bagi masyarakat belum ada sampai saat ini. Dirasa kita masih jauh dari rasa kedaulatan itu sendiri, oleh karena itu yang kita butuhkan saat ini adalah perubahan, bukan hanya perubahan aktor-aktor yang bermain dalam pemerintahan tetapi lebih kepada sistem yang dimainkan dalam pemerintahan tersebut.

Di akhir pemberian materi Bang Qozim menjelaskan bahwasanya nasionalisme itu merupakan alat untuk mencapai kesejahteraan. Menurutnya pada saat ini semua negara yang ada di dunia pasti menerapkan dua konsep nasionalisme dan liberalisme. Kita tidak boleh terjebak dalam doktrin-doktrin nasionalisme saja. Yang perlu kita sadari saat ini adalah nasionalisme merupakan suatu alat yang dapat kita gunakan untuk mencapai sebuah tujuan di mana tujuan utama kita adalah mencapai kesejahteraan rakyat.

Dualisme konsep nasionalisme dan liberalisme dalam negara merupkan satu hal yang tidak dapat dielakkan lagi. Yang perlu dilakukan oleh negara dalam dualisme konsep tersebut adalah memberikan proteksi terhadap industri-industri dalam negeri yang lemah dan tidak mampu bersaing dengan industry luar negeri.

Menurut Gramsci mengenai teori hegemoni, esensi dalam hidup ini adalah kompetisi. Manusia saling berkompetisi untuk saling menguasai satu sama lain. Di dalam konsep negara-bangsa, Negara merupakan kekuatan hegemoni tertinggi yang mampu menguasai rakyatnya. Namun kekuatan hegemon negara-bangsa atas rakyatnya belum tentu diikuti oleh kekuatan untuk meng-hegemoni negara lainnya. Pada saat ini Indonesia masih di-hegemon oleh negara lain melalui penjajahan ekonomi, budaya, dan militer.

Jefri, sebagai mahasiswa berpendapat bahwa kebanyakan rakyat Indonesia khusunya mahasiswa sudah tidak lagi nasionalis dan lebih bersifat hedonism. Hal tersebut dikarenakan oleh perubahan yang terjadi secara mulitkultural dalam sendi-sendi kehidupan kita. Dan pada saat ini ketika sistem neoliberalisme telah bercokol di Indonesia menjadikan peran pemerintah sangat kurang. Menurutnya nasionalisme merupakan suatu upaya yang kita lakukan untuk memertahankan kedaulatan negara. Oleh karena itu diperlukan identitas untuk mencapai rasa nasionalisme tersebut, namun sekarng ini kita merasa kebingungan identitas seperti apa yang harus kita bentuk dan miliki?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline