Lihat ke Halaman Asli

Ternyata Bahasa Melayu adalah Bahasa Resmi VOC Sejak Dulu

Diperbarui: 18 Juni 2016   18:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1338214141155946591


[caption id="attachment_191196" align="aligncenter" width="419" caption="Batavia"][/caption]

Bahasa Indonesia yang kita gunakan sebagai bahasa nasional, adalah bahasa Melayu, semua orang tahu. Bahasa ini dipilih, demikian saya sering mendengar,karena bahasa ini sering digunakan untuk perdagangan terutama di pelabuhan-pelabuhan laut di seluruh nusantara, yang membuatnya lebih diketahui dan digunakan oleh banyak orang. Namun baru-baru ini saya membaca di sebuah buku berjudul Eksotisme Jawa, buah karya John Joseph Stockdale, pada halaman 10 dan 11, yang membuatku meragukan keterangan diatas. 

Disebutkan bahwa pada tahun 1767, Banten sudah takluk kepada Belanda. Selain diharuskan membayar upeti tahunan dan monopoli perdagangan lada asal Banten, Raja Banten juga tidak diberi wewenang untuk memilih penerusnya sendiri. Pada saat itu Mr. Ossenberg, kanselir umum Hindia berpidato mewakili VOC, sebagai duta agung menyampaikan pidato dalam rangka penunjukan pewaris tahta Banten. Yang mengejutkan adalah bahwa bahasa yang digunakan dalam pidato tersebut, secara eksplisit dikatakan dalam buku tersebut adalah bahasa Melayu,yang dibacakan oleh Mr. Ossenberg juga dalam bahasa Melayu. Setelah selesai pengangkatan, pidato tersebut kemudian dibacakan kembali oleh sang putra mahkota atas perintah sang komisaris, dalam bahasa Melayu, dihadapan sang raja, di hadapan semua bangsawan istananya, dan sejumlah pegawai Kompeni yang hadir pada saat itu. 

Nampaknya ketika itu bahasa resmi yang digunakan oleh VOC kepada orang Hindia Timur adalah bahasa Melayu. Dan merujuk petunjuk dalam buku tersebut, bahasa Melayu dapat digunakan dengan fasih oleh sang putra mahkota kerajaan Banten. Hal ini adalah penanda bahwa ketika itu bahasa Melayu mendapatkan tempat tersendiri dalam kehidupan sosial dan politik karena digunakan oleh VOC sebagai bahasa komunikasi resminya. 

Mengenai buku itu sendiri, yang diklaim sebagai buku pertama yang secara esensial menelaah pulau Jawa, merupakan tulisan kompilasi dari beberapa catatan yang mulanya diterbitkan setelah berita rencana invasi oleh pihak Inggris di India terhadap Jawa mencapai London, sebagai bahan pengetahuan dan rujukan orang Inggris mengenai pulau Jawa yang akan mereka kuasai. Edisi pertamanya diterbitkan di London pada bulan November atau awal Desember 1811dengan judul asli Island of Java, sebelum berita dikuasainya Jawa oleh Inggris tiba di London. Invasi pasukan Inggris ke Jawa tersebut berlansung singkat dan sukses. Sukses merebut Batavia pada 8 Agustus 1811, perang berlanjut sampai rekapitulasi penyerahan pulau Jawa kepada Inggris pada 16 September 1811.

Sumber: Stockdale, John Joseph; Eksotisme Jawa, Ragam Kehidupan dan Kebudayaan Masyarakat  Jawa; Progresif Book; 2010. Sumber foto: ini.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline