"Lu kenapa sih Ping? Sewot gitu?" Tanya Lila saat membuka-buka lembar buku penuh coret-coretan. Aping, si empu buku itu, juga terlihat suntuk dengan suasana hati yang kacau balau. "Kayanya elu ngga seneng, sahabat lu yang satu itu lagi berbunga-bunga." Tambah Lila lagi.
"Bukan masalah nggak seneng!" Aping bersuara. "Masalahnya, Dia suka sama orang yang salah!" Repet Aping. "Kenapa nggak milih Imran aja sih? Dia khan ketua OSIS, atau Malik deh ketua Tim Basket. Ini malah suka sama Doni! Si Playboy cap kaki lima!" Cerocos Aping tentang Aina, sahabatnya.
"Ya, namanya juga suka, Ping. Kadang ga bisa milih-milih. Kaya petir di siang bolong aja" Lila mencoba menenangkan. "Buktinya, gue jadian sama Adam, si kutu buku." Lila menggaruk-garuk keningnya nggak habis pikir atas keputusannya sendiri. "Atau.. elu jelous ya?" Goda Lila.
"Heh. Kalo gue suka sama Aina, Udah gue tembak dari dulu dulu!"
"Trus kenapa elu nggak nembak?"
Aping menghela nafasnya. "Memangnya gue suka sama Aina?!"
"Emang elu nggak suka sama Aina?"
Shit!
+++
Begitulah. Awalnya Aping nggak begitu khawatir mendengar kabar bahwa Doni memproklamirkan diri untuk ngegebet Aina tepat satu jam setelah Doni putus dari Sonya. Tapi akhir-akhir ini sepertinya Aina memberi respon yang positif. Padahal Aping tau, Doni bukan tipe Aina. Meski sulit untuk dijelaskan, Aping kenal betul selera Aina. Yang pasti bukan Doni, anak kelas 12 yang paling belagu di sekolahan itu.
Dalam hatinya, sebenarnya Aping yakin, saat Doni nembak, pasti di tolak. Nggak nunggu mateng apalagi setengah mateng. Pasti mentah-mentah! Sebenarnya apa sih yang Doni andalin buat ngincer Aina? Ganteng? Itu relatif. Apakah dengan ganteng, putih, atletis dan tinggi seperti Doni bisa mencuri perhatian Aina? Apakah orang seperti Doni yang kaya, romantis dan humoris bisa menaklukkan hati Aina?