Lihat ke Halaman Asli

[100Puisi]Kisah Rambut Palsu

Diperbarui: 17 Februari 2016   21:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku hanyalah rambut palsu, bisu dan pemalu

Walau aku terbuat dari rambut asli, tetap saja mereka memanggilku si rambut palsu, memikirkan itu membuatku terkekeh geli, terkadang ingin kutimpuk mereka yang memanggilku si rambut palsu dengan batu

ah sudah lah, tak penting

menjadi rambut palsu adalah tugas mulia, pengganti mahkota bagi manusia-manusia kurang percaya, atau hanya sekedar menambah gaya

rambut palsu adalah pengabdian, melindungi empunya dari makian. "dasar botak !" adalah kata yang sering diumpatkan, dibegitukan membuat pemilikku gundah gulana sedih berkepanjangan, bahkan kalau perlu sampai sesenggukan.

"Duh pikulun, kenapa... bagaimana... sebab musababnya hanya di kepalaku, tidak kumisku, atau janggutku, bahkan kalau perlu bulu ketek ku yang sirna tidak mengapa. Jangan yang di kepala?" batin tuanku pemilik rambut palsu

rambut palsu hanyalah seluas kepala, tidak jumawa, walau letaknya paling atas di tubuh manusia.

rambut palsu tahu, dia ada untuk menutupi kekurangan.

Namun manusia pemiliknya yang sering jumawa, jabatan hanya sementara, sama seperti tumbuhnya rambut di kepalanya. Jabatan tidak dibawa mati sama seperti rambutnya yang sudah tidak ada lagi.

Rambut oh rambut. Beda rambut palsu dengan rambutan, rambutan bisa dimakan. Tetapi kalau ketahuan memakai rambut palsu bisa ditertawakan.

Ah sudah lah. Rambut palsu pun beringsut turun, lelah berjaga diatas sana. Terkena debu dan panas tidak membuatnya lelah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline