Lihat ke Halaman Asli

Harga Makna

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

nampaknya ia lelah,,

entah mengapa,,,

kelopak matanya Nampak sayu,

pun lelap memeluknya malam ini.

Kabar angin tak datang,

Namun tiba- tiba saja ia terlihat dihadapku.

Walau hanya bayang, namun seperti nyata.

Mengapa tak beri makna?

Seucap kata pun kau enggan,,

Risau ku menunggu di pekat malam tadi.

Hanya berharap kau sudi tuk bicara.

Suaramu itu, parau.

Namun lembut dan menusuk bagiku.

Tak apa,

Sudah ku katakan  di lain hari.

Bahwa

apapun jadinya keadaan ini nanti...

Aku kan tetap menikmatinya.

Menari, bersama kepedihan dan senyum yang  berbaur.

Tak kan ku rasa sedih,

Hidup ini roda bagiku.

Ketika hanya singgah hakikatnya.

Biarkan singgah, namun tetap wajib memberi makna.

Toh nantinya kan membuat kita berfikir.

Mungkin satu pesanku.

Menjadi lebih baik jika kita saling mengisi.

Tak peduli siapapun.

Kiranya Tuhan mengizinkan setiap makhlukNya tuk memberi makna bagi sesama.

Kau, aku, dia, bahkan mereka.

Maka,,,

Tersenyumlah kawan.

Karena dalam hidup ini, akan ada banyak hati yang harus kita jamah




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline